logo
×

Rabu, 06 Mei 2020

Warga Australia Masih Takut untuk Keluar Meski 'Lockdown' Akan Dicabut

Warga Australia Masih Takut untuk Keluar Meski 'Lockdown' Akan Dicabut

DEMOKRASI.CO.ID-  Jika di negara lain, seperti di Amerika Serikat, warga menggelar aksi protes agar semua kegiatan dibuka kembali, survei di Australia menunjukkan sebagian besar warga masih tak mau keluar rumah.

Warga Australia Masih Takut Keluar


  • Hanya 40 persen warga mengatakan tidak khawatir untuk pergi ke bar dan restoran
  • Pemilik bar mengatakan tidak akan mendapat untung bila kapasitasnya tidak penuh setelah dibuka
  • 40 persen yang disurvei merasa keadaan kembali normal setidaknya masih 12 bulan lagi


Australia sejauh ini termasuk dari sedikit negara di dunia yang berhasil menangani penyebaran COVID-19.

Namun, survei terbaru menunjukkan meskipun pelonggaran akan dicabut, warga masih enggan keluar rumah atau berkumpul dalam waktu besar.

Hasil survei telah menimbulkan kekhawatiran bagaimana memulihkan perekonomian Australia, seperti banyak negara lain, yang terdampak sangat buruk dalam beberapa pekan terakhir.

Survei tersebut dilakukan Vox Pop Labs bekerja sama dengan ABC kepada 2.225 orang di seluruh Australia mengenai kemungkinan kehidupan mereka, setelah larangan COVID-19 dicabut

Survei menyimpulkan hanya 12 persen warga yang akan menghadiri acara dengan kerumunan banyak orang.

Yang lain mengatakan hanya sekitar 20 persen yang akan naik pesawat dan 40 persen yang mengatakan akan pergi mengunjungi bar dan restoran.

Seperti yang dialami salah satu warga Australia, Dr Anne-Marie Turner, yang sudah berada di rumah sejak pandemi.

"Dengan di rumah saja, kita tahu kemungkinan tertular virus sangat berkurang. Jadi kita bisa mengatur lingkungan kita sendiri," kata Dr Turner ketika ditemui di rumahnya di Melbourne ditemani anjingnya Bella.

Sebagai seorang dokter, ia sudah memantau dengan ketat penyebaran virus di luar Australia sejak awal Januari.

Kontak dengan seorang temannya yang juga adalah seorang dokter di Hong Kong membuatnya sangat khawatir mengenai resiko tertular COVID-19 di kalangan staf medis dan penularan terhadap anggota keluarga.

Dokter Turner juga memiliki penyakit rematik, sehingga masuk dalam golongan beresiko tinggi.

"Semua ini tidak bisa lepas dari pikiran saya terus menerus. Saya bahkan kadang terbangun di tengah dan tidak bisa tidur lagi." katanya.

Dr Anne-Marie Turner dan suaminya mengatakan tidak akan melakukan perjalanan ke luar negeri dalam waktu dekat walau ada pencabutan lockdown. (ABC Indonesia)

Dia mengatakan mengisi minuman alkohol di barnya saja bisa menghabiskan dana AU$100 ribu, sekitar Rp1 miliar dan hanya bisa kembali jika bisnisnya dibuka dalam kapasitas penuh.

"Untuk bisa mendapat keuntungan kami harus buka dengan kapasitas 100 persen, namun kami tidak akan diijinkan melakukan hal tersebut."

Sektor industri jasa layanan sedang mendesak agar mereka diperbolehkan buka, dengan meja yang diatur berjak 1,5 meter dan tamu dipantau suhu tubuhnya.

Namun Matthews mengatakan membuka bisnisnya kembali juga membawa resiko lain.

Dia mengatakan bila ada gelombang kedua wabah, dimana bisnisnya harus ditutup, dia mengatakan penutupan akan terjadi selamanya.[dtk]
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: