DEMOKRASI.CO.ID - Video petugas evakuasi dan pemakaman jenazah korban COVID-19 di Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) viral di media sosial. Petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Samarinda tampak kelelahan dalam video itu.
Video berdurasi 8 menit 50 detik memperlihatkan para petugas yang kelelahan usai melakukan pemakaman. Keringat bercucuran dari tubuh mereka bahkan harus tertidur di aspal usai memakamkan salah satu korban meninggal dunia pada 4 Mei 2020 lalu.
Salah satu petugas itu bernama Hanafiah. Dia mengaku lebih dari tiga jam menggunakan APD lengkap. Akibatnya menjadi kehausan.
"Jujur kami kelewat takut, agar tidak tertular kami menggunakan APD yang cukup ketat kami tidak membiarkan sedikit rongga di pakaiaan kami,' kata Hanafiah kepada detikcom di kantor BPBD Kota Samarinda, selasa (19/5/2020).
Akibat tidak ada rongga di pakaian, mereka mengalami penurunan daya tahan tubuh. Tidak ada cairan yang masuk ke dalam tubuh mereka.
"Terus terang saya sudah tidak kuat saat membawa jenazah ke pemakaman, pakaiaan yang begitu panas membuat tubuh kami lemah, namun saya paksakan agar bisa sampai ke pemakaman dan kemudian memakamkan korban demi kemanusiaan," kata Hanafiah.
Namun, dia mengaku banyak respons negatif setelah video itu viral. Bahka mereka dianggap lebay saat mempublikasikan video ini.
"Padahal tujuan kami adalah mengingatkan warga agar tidak meremehkan penyakit ini, karena korbannya sudah nyata," kata Hanafiah sambil menerangkap tim tersebut berjumlah 8 orang.
Hanafiah mengaku selalu gusar saat akan memakamkan jenazah yang diduga tertular COVID-19. Meski sebenarnya dirinya piawai merawat jenazah.
"Ya jelas takut (tertular). selalu gusar jika ada yang meninggal dicurigai kena Corona. Tapi yakin dengan APD kita bisa selamat, oleh karena itu, ia mengimbau kepada masyarakat agar tetap di rumah dan jangan sampai tertular COVID-19 yang bisa mengakibatkan kematian," tutur Hanafi.
Sementara itu, koordinator tim evakuasi BPBD Kota Samarinda Nanang Arifin mengatakan, memakamkan pasien dengan protokol COVID-19 merupakan hal yang baru bagi mereka.
"Pemakaman menggunakan protokol membuat kita was-was meski kita sudah menggunakan APD apalagi waktu pemakaman korban pertama, selain belum pertama kali rasa was was karena takut tertular sempat membuatnya takut untuk terlibat dalam tim pemakaman," kata Nanang
Namun melihat rekan rekan kompak serta saling mendukung, lanjut Nanang, akhirnya tim ini terbentuk. Mereka selalu berdiskusi bagaimana tetap menjaga keamanan diri.
"Sehingga wajar jika kami tidak hanya menggunakan APD, namun setiap APD selalu kami lapisi dengan jas hujan agar tubuh kami tidak tertempel virus , alhamdulillah teman-teman tetap semangat meski ada ragu-ragu namun dengan semangat akhirnya teman-teman yakin dan kompak untuk melakukan pemakaman," kata Nanang.
Karena itu, dia berharap agar masyarakat tetap di rumah dan jangan sampai tertular COVID-19 yang bisa mengakibatkan kematian, selain stay at home, masyarakat diharapkan menerapkan physical dan social distancing jika terpaksa keluar rumah.(dtk)