DEMOKRASI.CO.ID - Dukhan menjadi salah satu topik yang banyak dibicarakan masyarakat belakangan. Fenomena dukhan adalah kabut atau asap digosipkan akan terjadi pada 15 Ramadhan 1441 H atau 8 Mei 2020, akibat tabrakan meteor dengan bumi.
Ayat Al-Qur'an dan hadist menyebutkan dukhan sebagai satu dari 10 tanda-tanda kiamat. Apakah artinya bumi akan mengalami kiamat pada 15 Ramadhan atau 8 Mei 2020?
Ustaz Adi Hidayat menjelaskan, kiamat sepenuhnya menjadi rahasia Allah SWT sedangkan manusia hanya diberi tahu tanda-tandanya. Informasi seputar kejadian di 15 Ramadhan tersebut ada dalam Kitabul Fitan dari Imam Nu'aym bin Hammad.
"Secara singkat pembahasan ada di halaman 228 nomor pembahasan 638. Secara singkat disampaikan, pada pertengahan atau 15 Ramadhan malam Jumat akan ada pekik suara yang kencang hingga mengakibatkan orang tidur menjadi bangun karena kagetnya," kata Ustaz Adi dalam channel YouTube AKU SUKA 14 Ramadhan SPESIAL EDITION-ISU DUKHAN DAN BENTURAN ASTEROID.
Hadist kejadian 15 Ramadhan inilah yang dianggap melegitimasi kejadian kedatangan asteroid, menimbulkan pekik kencang, hingga muncul asap yang disebut dukhan. Kitab tersebut juga menyebutkan amalan menghadapi dukhan yang diucapkan saat matahari mulai bersinar keesokan harinya.
Isu dukhan inilah yang kemudian menyebar di kalangan masyarakat umum dan menjadi tanda-tanda kiamat. Apalagi pertengahan atau 15 Ramadhan 2020 jatuh di malam Jumat sesuai pernyatan dalam hadist. Isu kemudian berkembang tanpa ada pemeriksaan kualitas informasi yang menjadi sumber referensi dalam Kitabul Fitan.
Untuk memeriksa kualitas informasi, menurut Ustaz Adi sebaiknya dikembalikan pada para ahli dalam ilmu hadist. Hal ini dikarenakan, isu dukhan dan benturan asteroid menyinggung hadist dan riwayat yang sesuai dengan bidang keilmuan para ahli. Kualitas informasi bisa diketahui dari kolom komentar sebelum bagian pembukaan dalam Kitabul Fitan.
"Dari Imam An-Nasa'i berkomentar, Imam Nu'aym ini sering beda dengan imam lain yang populer dan otoritatif. Dia sering menyelisihi pendapat lain. Dalam kaidah ilmu hadist, jika ada pendapat yang menyelisihi pendapat lain yang lebih kredibel maka yang menyelisihi ditinggalkan," kata Ustaz Adi.
Karena sering menyelisihi inilah, pendapat Imam Nu'aym dalam konteks hadist tidak bisa dijadikan hujjah. Makna hujjah adalah dalil, tanda, bukti, atau alasan. Selama menjelaskan isu dukhan, Ustaz Adi terlihat membaca langsung dari hasil perbanyakan Kitabul Fitan, yang sempat ditunjukkan langsung ke kamera.
Menurut Imam An-Nasa'i, jika hadist dalam Kitabul Fitan tidak bisa menjadi dalil maka hadist tersebut ditolak dan diabaikan. Hadist tersebut tidak perlu menjadi bahan pikiran, sehingga bisa segera ditinggalkan tanpa perlu bikin panik.
Imam Ibnu Al-Qasim juga ikut berkomentar yang menguatkan pendapat Imam An-Nasa'i. Ustaz Adi menjelaskan, menurut Imam Ibnu Al-Qasim sang penulis Kitabul Fitan memiliki banyak hadist munkarah. Yaitu hadist yang ditolak, karena hanya Imam Nu'aym yang menulis riwayat tersebut tanpa disertai Imam yang lain.
Dengan keterangan dari para Imam yang kredibel, maka sudah sewajarnya para muslim tak perlu mengkhawatirkan isu dukhan dan benturan asteroid. Alih-alih panik soal tanda-tanda kiamat, para muslim sebaiknya mengevaluasi amal baik yang telah dilakukan tiap hari.
Jika amal dan sholatnya baik, maka para muslim tak perlu khawatir karena sebetulnya kiamat dihadapi setiap hari. Kiamat ini adalah kemungkinan meninggal tiap hari yang disebut kiamat sughra (kecil). Dengan selalu melakukan amal baik maka hati menjadi lebih tenang menghadapi berbagai risiko dan kemungkinan dalam kehidupan.
Selain soal amalan, Ustaz Adi juga mengingatkan pentingnya memeriksa kebenaran suatu isu atau informasi. Terbiasa mengecek validitas mencegah para muslim terpapar info yang diragukan atau salah. Kebenaran informasi memungkinkan tiap muslim saling bersinergi meningkatkan amal baik setiap saat.(dtk)