DEMOKRASI.CO.ID - Produksi beras tahun ini disebut bakal surplus 2,8 sampai 3 juta ton di akhir tahun. Jumlah tersebut hanya cukup memenuhi kebutuhan satu bulan karena kebutuhan konsumsi beras di Indonesia dalam sebulan adalah 2,5 juta ton.
Pengamat Pangan dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Rusli Abdullah mengatakan pasokan beras dikatakan aman jika surplus 8 juta ton untuk makan selama 3 bulan ke depan sambil menunggu masa panen raya di bulan Maret 2021.
"Kita akan aman kalau surplus berasnya 8 juta ton itu untuk makan kita 3 bulan ke depan sembari menunggu panen raya di bulan Maret tahun berikutnya. Tapi kalau surplusnya cuma 2,8 juta ton kita hanya bisa makan sampai bulan Januari doang, sedangkan Januari belum ada panen raya," kata Rusli, Kamis (7/5/2020).
Untuk antisipasi adanya kelangkaan beras, Rusli menilai pemerintah dari sekarang harus melakukan diversifikasi makanan pokok dari beras menjadi seperti kedelai, sagu, dan singkong.
Baca juga: Waduh, Ancaman Krisis Pangan Beneran di Depan Mata?
"Nah ketika akhir tahun berasnya langka yaudah masyarakat kalau mau beli sumber karbohidrat dia memiliki sumber alternatif ada singkong, kedelai dan sagu," ucapnya.
Selain untuk antisipasi, cara ini dinilai bisa menjadi sumber aktivitas ekonomi baru. Selain itu juga, untuk mengurangi ketergantungan impor beras karena ketiga komoditas tersebut tersedia di Indonesia.
"Dulu singkong hanya panen terus sudah, sekarang bisa diolah jadi nasi oyek misalnya. Di sisi lain akan meningkatkan aktivitas ekonomi baru. Kita dalam jangka panjang harus mengurangi beras," ujarnya. (*)