DEMOKRASI.CO.ID - Peneliti Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D) Rocky Gerung mengatakan pandemi virus corona (Covid-19) kemungkinan tidak akan berakhir jika tidak ada kepemimpinan yang tegas.
Rocky mengatakan saat ini yang disaksikan publik adalah kepemimpinan yang compang-camping. Kepemimpinan itu menunjukkan beberapa tindakan yang ia sebut sebagai stupidity atau kebodohan.
"Memang [untuk masalah] covid, tidak ada leadership untuk mempercepat kita keluar dari jebakan covid ini. Covid mungkin tidak bisa berakhir karena masih dikuasai oleh stupid," kata Rocky dalam webinar yang diselenggarakan Lembaga Survei KedaiKopi, Kamis (14/5).
Rocky mengatakan banyak pihak mendambakan situasi yang lebih sosialis dan akrab usai pandemi. Namun situasi itu kini hanya dipraktikkan masyarakat di tingkat bawah.
Sementara di tataran elite pemerintahan hal yang sama masih terjadi. Rocky menyebut pemerintah sibuk mengurus persoalan ekonomi.
Dia mencontohkan kasus iuran BPJS Kesehatan yang dinaikkan pemerintah meski kenaikan itu telah dibatalkan Mahkamah Agung. Rocky juga menyinggung Perpu Nomor 1 Tahun 2020 yang memberi kekuasaan besar kepada pemerintah.
"Jadi keadaan keakraban itu tumbuh di masyarakat tetapi di Istana yang dihasilkan justru arogansi," tutur Rocky.
Menurut Rocky, seharusnya pemerintah tidak perlu bingung dalam menyikapi pandemi. Rocky berpendapat masalah nyawa manusia harusnya diutamakan dibanding urusan ekonomi.
"Mau ekonomi sosialis, kapitalis, tetap human cost yang lebih penting. Jadi jangan bikin semacam dilema Presiden akan memilih yang sosial, kesehatan, dan kesejahteraan atau pertumbuhan, atau relaksasi ekonomi," tutur Rocky. []