DEMOKRASI.CO.ID - Wacana reshuffle kabinet yang dimunculkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) saat Indonesia masih dilanda pandemik virus corona baru atau Covid-19 dinilai tidak tepat.
Hal itu pun telah disampaikan anggota DPR RI Fraksi PDIP, menjawab desakan PSI untuk melakukan reshuffle kabinet.
Pun demikian dengan pengamat politik dari Saiful Mudjani Research and Consulting (SMRC), Sirojudin Abbas.
Menurut Sirojudin Abbas, tuntutan PSI yang ingin kabinet dikocok ulang karena penanganan Covid-19 yang tidak efektif justru dinilai tidak sejalan dengan situasi kondisi darurat kesehatan saat ini.
"Dalam kondisi seperti saat ini, reshuffle bisa menggoncang stabilitas politik. Apalagi jika terkait sektor-sektor yang terdampak langsung oleh pandemik," ujar Sirojudin Abbas saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Senin (25/5).
Karena itu, dia berharap agar Presiden bisa menimbang-nimbang apa yang diminta PSI itu. Meskipun dalam penilaian Sirojudin, Presiden sudah memiliki cukup pertimbangan untuk merombak sejumlah pos kementerian.
Kalau pertanyaannya apakah sudah cukup bahan buat presiden untuk reshuffle kabinet? Menurut saya sudah cukup. Tapi soal waktunya, tentu masalah beda lagi. Juga tergantung prioritas Presiden sendiri," ujar akademisi Kesejahteraan dan Pembangunan Sosial lulusan University of Berkeley ini.
"Tapi Presiden akan sangat bijaksana memilih timing yang tepat. Supaya efeknya bisa dikelola secara efisien. Pada saat puncak krisis seperti ini tampaknya waktu yang tidak tepat," demikian Sirojudin Abbas. (Rmol)