DEMOKRASI.CO.ID - Indonesia harus hati-hati dalam menangani serangan Virus Corona atau COVID-19, jangan sembarangan memberikan obat kepada pasien virus ini. Apalagi mengikuti arahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menggunakan hydroxychloroquine.
Sebab, sebuah studi terbaru di jurnal American Medival Association yang diterbitkan New England Journal of Medicine, jelas-jelas obat itu sama sekali tidak bisa menyembuhkan penderita corona.
Malahan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika sendiri dan National Institutes of Health telah mengeluarkan peringatan keras untuk tidak menggunakan obat itu untuk menangani pasien corona.
"Paku itu sebenarnya telah dimasukkan ke dalam peti mati hydroxychloroquine," kata Dr. William Schaffner, pakar penyakit menular dan penasihat lama Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS seperti dikutip VIVA.co.id dari cnn Senin 18 Mei 2020.
Para peneliti dari Universitas di Albany juga mengeluarkan hasil studi terbaru mereka tentang hydroxychloroquine. Dari 1.438 pasien corona yang dirawat di rumah sakit di New York berdasarkan statistik tingkat kematian untuk pasien yang menggunakan hydroxychloroquine serupa dengan mereka yang tidak menggunakan obat itu.
Malah pasien yang menggunakan obat tersebut lebih dari dua kali berpotensi besar terkena serangan jantung yang menyebabkan kematian. Hal itu disebabkan oleh efek samping hidroksi klorokuin yang terkandung dalam obat itu.
"Yang paling penting bagi saya dari penelitian ini adalah sangat konsisten dengan pedoman FDA dan NIH yang dikeluarkan pada bulan April," kata David Holtgrave dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas di Albany.
Menurutnya, ketika memutuskan intervensi kesehatan masyarakat dan perawatan untuk corona atau penyakit lain, sangat penting untuk mengikuti data dan mengikuti ilmu pengetahuan dan memastikan keputusan dibuat pada data kualitas setinggi mungkin.
Sekadar diketahui, Trump begitu berambisi dan yakni hydroxychloroquine bisa dipakai mengobati corona. Bahkan sejatk Maret 2020 dia sangat rajin mengkampanyekan obat untuk malaria dan lupus itu ke masyarakat. Trump tak peduli meski ilmuwan telah memperingatkannya.
"HYDROXYCHLOROQUINE & AZITHROMYCIN, secara bersama-sama, memiliki peluang nyata untuk menjadi salah satu pengubah game terbesar dalam sejarah kedokteran," tweet Trump pada 21 Maret.
Trump yakni obat itu bisa ampuh untuk pasien corona didasari penelitian di Prancis terhadap 20 pasien pada bulan Maret yang menunjukkan bahwa obat-obatan tersebut dapat bekerja melawan virus.
Padahal, dunia medis yang menerbitkan penelitian itu kemudian mengatakan penelitian itu tidak memenuhi standar yang diharapkan.[viva]