logo
×

Rabu, 13 Mei 2020

Kasus Covid-19 di Sultra Melonjak 120 Persen Sehari, Pak Luhut Masih Mau Impor TKA Cina?

Kasus Covid-19 di Sultra Melonjak 120 Persen Sehari, Pak Luhut Masih Mau Impor TKA Cina?

DEMOKRASI.CO.ID - Pemerintah hari ini kembali merilis pembaruan data terkait kasus infeksi virus corona (Covid-19) di Tanah Air. Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Kesehatan, dalam 24 jam terakhir ada 689 kasus baru Covid-19 yang terkonfirmasi di Indonesia.

Dari jumlah itu, 91 kasus di antaranya ditemukan di Sulawesi Tenggara (Sultra). Sehari sebelumnya, kejadian infeksi Covid-19 di provinsi itu masih berjumlah 76 kasus.

Dengan adanya penambahan yang terkonfirmasi hari ini, total pasien virus corona di Sultra kini meningkat tajam menjadi 167 kasus. Dengan kata lain, ada lonjakan kasus Covid-19 yang cukup dramatis sebesar 120 persen di provinsi itu hanya dalam tempo 24 jam.

Warga dan pejabat daerah di Sulawesi Tenggara sebelumnya resah akan kedatangan tenaga kerja asing (TKA) asal Cina ke provinsi itu. Pasalnya, kedatangan para pekerja dari negeri tirai bambu berlangsung di saat masyarakat Indonesia tengah berhadapan dengan wabah Covid-19.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, malah mengungkapkan bahwa ada 500 TKA Cina yang akan masuk lagi ke Indonesia pada Juni atau Juli mendatang. Tenaga kerja tersebut dia katakan tengah membangun pabrik HPAL (high perssure acid leaching) sebagai bahan baku industri baterai lithium.

“Orang itu berencana minta Juni-Juli baru ke Indonesia. Tapi mereka sekarang mulai minta izin karena proses izin bukan sehari,” ucap Luhut alam wawancara di RRI secara daring, Ahad (10/5) lalu.

Dia mengatakan, saat ini PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS)—tempat para TKA Cina itu akan bekerja—tengah membangun pabrik HPAL untuk industi baterai lithium di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. []
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: