DEMOKRASI.CO.ID - Ketika berbicara isu komunis atau PKI, dai kondang Haikal Hassan Baras atau Babeh Haikal justru banyak mendapat serangan, termasuk di media sosial miliknya. Padahal, dia seringkali menyampaikan bahaya ajaran komunis berulang kali dalam ceramah dan kajiannya.
“Kalau kita mau mundur beberapa tahun, bukankah ada usulan untuk menghapus TAP/MPR (25/1966) dan wacana meminta maaf pada keluarga PKI atau korban? Bukankah juga ada usulan untuk menghapus film G30 G/SPKI?,” kata Babeh Haikal kepada Indonesiainside.id, Sabtu (30/5).
Justru, lanjut Babeh Haikal, film itu harus diputar agar masyarakat tahu ada rongrongan terhadap pancasila, agama dan negara sekaligus menjelaskan bahwa mereka bengis, apalagi terhadap umat Islam. “Kita harus melihatnya kesana,” ujarnya.
Dia bersyukur TAP/MPRS sampai saat ini masih berlaku dan dipertahankan. Jangan sampai ada anasir-anasir yang inigin mencoba mengganggu kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Respon kita kan bagus bahwa TAP/MPR harus dipertahankan, Marxisme dilarang, lambang palu arit dilarang, dan sampai sekarang alhamdulillah belum pernah dicabut. Kita berterimakasih kepada pemerintah,” ucapnya.
Ia khawatir ketika ada wacana TAP/MPR dicabut, termasuk wacana meminta maaf kepada keluarga PKI. “Kalau waktu itu benar minta maaf, berarti NU salah dong yang sudah berjuang? Banser juga salah dong? Padahal, Banser yang paling banyak berkorban saat itu,” katanya.
Namun, dia menyayangkan meskipun ada TAP/MPR bahwa aliran, ideologi dan gerakan Komunis dilarang, banyak orang yang berani memakai baju palu arit dan mengunggahnya di media sosial. “Jadi menurut saya upaya menghidupkan palu arit ini masih ada, makanya saya mengingatkan untuk waspada demi kesatuan bangsa Indonesia ini,” jelasnya.
Ia juga heran kenapa banyak yang pada kegerahan ketika tema PKI dibahas. Sementara, dia juga sering mengingatkan bahaya korupsi, syi’ah dan komunis, namun responnya beragam. “Ketika saya menyampaikan bahaya syi’ah sedikit yang merespon, bahaya korupsi sedikit, tapi bahaya komunis responnya sangat hebat dan gencar serangannya,” kata dia. (*)