DEMOKRASI.CO.ID - Data ekonomi yang baru dirilis menunjukkan ekonomi AS di tengah wabah virus corona dalam keadaan yang mengerikan dan mungkin tidak bisa pulih dengan waktu cepat. Sekalipun penguncian dibuka, ekonomi AS masih perlu merangkak hingga beberapa waktu.
Pelacakan data produksi industri dan sektor ritel vital yang dirilis Jumat menunjukkan rekor penurunan pada bulan April, bulan penuh pertama dari penutupan untuk menghentikan penyebaran virus Covid-19 yang telah menewaskan hampir 86.000 orang dan menyebabkan sekitar 36,5 juta orang kehilangan pekerjaan.
Jutaan orang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran setiap minggu sejak penguncian dimulai pada pertengahan Maret. Analis ekonomi khawatir AS akan menghadapi kerja keras selama berbulan-bulan karena kemerosotan ekonominya.
Kemunduran konsumen "benar-benar mengejutkan," kata Oxford Economics dalam analisis data penjualan ritel, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (16/5).
"Kombinasi pengangguran yang meningkat, pendapatan yang tertekan, kepercayaan konsumen yang lemah, itu akan terus membebani selera konsumen untuk belanja."
Pengeluaran konsumen telah menjadi bagian penting dari ekonomi AS. Departemen Perdagangan melaporkan penjualan ritel turun 16,4 persen pada April, yang menunjukkan rekor penurunan satu bulan terbesar.
Bisnis yang paling terpukul adalah mereka yang mengandalkan pembeli di toko-toko, seperti pakaian yang ambruk 78,8 persen, elektronik dan peralatan yang anjlok 60,6 persen, dan furnitur yang turun 58,7 persen.
Pengecer non-toko, seperti mereka yang melakukan bisnis online, adalah satu-satunya titik terang, tumbuh sebesar 8,4 persen.
"Secara keseluruhan ini adalah angka yang mengerikan," kata Neil Saunders, direktur pelaksana GlobalData Retail. Ia menduga ini akan berlangsung beberapa lama bahkan hingga akhir tahun.
"Pemulihan ritel akan lambat, dalam pandangan kami mungkin sampai akhir tahun ini, dan perdagangan mulai kembali ke pola yang lebih normal," katanya.
Sektor otomotif juga terpukul, anjlok lebih dari 70 persen. Sementara output manufaktur secara keseluruhan turun 13,8 persen dalam sebulan, menempatkannya 18 persen di bawah April tahun lalu.
Pengeboran sumur minyak dan gas turun 28 persen, penurunan terbesar dalam catatannya kembali ke tahun 1972 karena permintaan energi runtuh, sementara penurunan sekitar 20 persen dicatat dalam produk logam primer, aerospace, dan peralatan transportasi lain-lain, serta furnitur dan produk terkait.
Sementara itu, sebuah survei New York Federal Reserve Bank terhadap produsen di wilayah New York, rumah bagi salah satu wabah terburuk Covid-19 menunjukkan indeks pulih sebesar 30 poin pada Mei dibandingkan dengan April.
Dalam survei terpisah, statistik Biro Tenaga Kerja melaporkan runtuhnya lowongan kerja dan melonjaknya pemutusan hubungan kerja pada bulan Maret, bulan di mana penguncian meluas.
Jumlah orang yang diberhentikan, dipecat atau dipaksa keluar dari pekerjaan melonjak dengan rekor 9,5 juta bulan itu, sementara lowongan kerja turun 813.000. Bagian terbesar dari penurunan di kedua metrik adalah di sektor akomodasi dan layanan makanan.(rmol)