DEMOKRASI.CO.ID - Viral di media sosial seorang perawat pasien Corona menuliskan pesan 'Aji Ummi, aku haus tapi nggak berani minum'. Foto yang beredar, perawat menggunakan pakaian hamzat lengkap sambil memegang secarik kertas dengan pesan menyentuh.
Pria itu diketahui bernama Jufri (36) yang merupakan salah satu perawat di RSUD Andi Makkasau, Kota Parepare, Sulawesi Selatan yang tergabung dalam tim penanganan Covid-19. Dia menceritakan, apa yang dialaminya kemungkinan dirasakan juga oleh para perawat pasien Corona lainnya.
"Itu mungkin yang dialami seluruh paramedik ketika berada di ruang isolasi, di mana kita harus menahan lapar, haus, hingga BAB dan BAK selama menggunakan pakaian Hazmat," kata Jufri saat ditemui detik.com, Rabu (8/4/2020).
Jufri menjelaskan tim Covid-19 RSUD Andi Makkasau mulai bekerja sejak 17 Maret 2020 setelah menerima pasien rujukan dari Kabupaten Polman, Sulawesi Barat. Pasien itu terdata sebagai mahasiswi PTS di Depok, Jawa Barat, berumur 19 tahun yang memiliki gejala Covid-19. Dia diisolasi karena berstatus PDP.
Setelah itu, Jufri menuturkan, RSUD Andi Makkasau kedatangan 3 pasien PDP Kluster Umroh yang merupakan warga dari Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Sidrap. Di mana dua di antaranya kemudian dinyatakan positif Corona.
Jufri lantas menceritakan sejumlah hambatan yang dialami selama merawat pasien Corona. Pria yang akrab disapa Jepe ini mengatakan, hal yang paling sulit yakni ketika memasang infus ke para pasien Corona.
"Pasang infus pada pasien biasa, pembuluh darah lebih mudah diraba dan dirasakan karena cuman pakai sarung tangan biasa, dan lebih mudah dilihat atau dicari karena tidak ada penghalang di depan mata," terangnya.
Beda dengan pasang infus pada pasien Covid-19, pada saat kita cari pembuluh darah yang mana kita bisa tusuk, di situlah tingkat kesulitannya karena kita susah identifikasi pembuluh darah karena keterbatasan jarak pandang yang dihalangi oleh kacamata goggle dan face shield, begitupun identifikasi pembuluh darah lewat perabaan mengalami tingkat kesulitan yang tinggi karena pakai sarung tangan sampai 4 lapis," lanjutnya.
Selama menjalani tugas dari tanggal 17 Maret, seluruh pasien dalam kamar isolasi dinyatakan sembuh dan dipulangkan pada tanggal 3 April 2020. Jepe mengaku, selama bertugas tidak bisa menahan rasa rindu dengan keluarga kecilnya.
"Intinya cara kami melepas rindu dengan keluarga pada saat tidak jaga, sempatkan menelpon atau VC sama istri dan anak, Terkadang anak perempuan bertanya 'kapan ayah pulang, Ica udah rindu sama Ayah'. Anak laki-laki sering juga bertanya 'kenapakah Ayah pergi bertugas di tempat Corona, apa Ayah ndak takut tertular?' Di situ biasa muncul perasaan sedih dan kangen sama mereka, tapi saya sering mengingatkan mereka bahwa ini tugas nak, dan tetap minta didoakan sama mereka," kenangnya.
Untuk menjaga kesehatan kata Jepe terkadang dirinya harus suntik vitamin untuk menjaga kebugaran.
"Saat tubuh mulai drop, kami meminta suntikan vitamin, pihak RS sebenarnya merekomendasikan kami untuk istirahat, dan diganti dengan perawat lain, namun kami berpikir, cukup kami saja yang mengambil risiko terpapar, karena kami sudah terlanjur bertugas," tandasnya.
Jepe pun membeberkan hal yang paling membuatnya bahagia yakni ketika 2 pasien Positif Covid-19 dan 4 PDP dinyatakan sembuh dan dipulangkan.
"senyum dari mereka yang sembuh teduh sekali melihat merek tersenyum bahkan memeluk kami semua," terangnya.
Dukungan dari manajemen RSUD Andi Makkasau dan warga yang setiap hari mengirimkan makanan dan minuman pun kata Jepe sebagai sebuah tambahan motivasi dalam bertugas.
"Manajemen RS banyak membantu dan memberikan perhatian serta fasilitas selama kami menjalani karantina bersama pasien, dan dukungan dari warga juga menjadi penambah imun buat kami, mereka sangat respect dengan apa yang kami lakukan," ujarnya.(dtk)