DEMOKRASI.CO.ID - Pemprov DKI Jakarta menetapkan TPU Pondok Ranggon sebagai tempat pemakanan khusus untuk jenazah pasien terkait virus Corona COVID-19. Sebanyak 500 lebih jenazah terkait virus Corona dimakamkan di sana.
"Sampai jam 16.30 WIB ini sudah masuk 16 (jenazah COVID-19), sampai kemarin itu 497 (jenazah COVID-19). Berarti total 513 (jenazah) menggunakan protap COVID-19," kata salah seorang pengurus TPU Pondok Ranggon yang enggan disebutkan namanya saat dihubungi, Kamis (16/4/2020).
Pengurus tersebut mengungkapkan TPU Pondok Ranggon mempersiapkan sebanyak 1.200 liang lahat untuk memakamkan jenazah terkait virus Corona. Ia menyebut Pemprov DKI juga telah menyediakan lahan tambahan.
"Untuk COVID-19 kita persiapan sekarang ini sementara kurang lebih sekitar 1.200 dulu. Untuk mengantisipasi hal tersebut (pemakaman penuh) kita sudah sediakan kembali lokasi, kurang lebih setengah hektar, tidak berjauhan dari situ (TPU Pondok Ranggon)," ungkap pengurus tersebut.
"Jaraknya kira-kira 300 meter, sudah dibuka lokasi baru, masih di Pondok Ranggon, malah lebih lebar, lebih besar lah," imbuhnya.
Dia menuturkan TPU Pondok Ranggon mulai memakamkan jenazah pasien terkait virus Corona sejak 10 Maret 2020. Ia menyebut jenazah yang dimakamkan di TPU Pondok Ranggon pernah mencapai 40 per hari.
"Pondok Ranggon itu kita mulai nerima banyak itu sekitar tanggal 10 (Maret) itu udah mulai masuk satu per satu. Terus mulai tanggal 18 (Maret) mulai dah 30-40 (jenazah). Mulai tanggal 12 (April) itu udah menurun. Kalau tanggal 18 (Maret) itu kan kita nerima bisa sampe 40 (jenazah), sekarang rata-rata 20 (jenazah)," paparnya.
Dia juga mengungkapkan sempat ada penolakan dari warga sekitar karena kurangnya informasi. Namun setelah diberikan penjelasan personel gabungan TNI-Polri dan keamanan setempat, penolakan bisa diredam.
"Biasanya ada grup-grup WhatsApp kan, ke warga sekitar, ya, kita berkoordinasi dengan Binmaspol, Babinsa untuk menyampaikan hal-hal tersebut (kepada warga) bahwa itu tidak berbahaya ini kan bencana nasional namannya," tuturnya.
"Karena memang tempatnya jauh tidak membahayakan jauh dari pemukiman penduduk kan standarnya minimal 500 meter dari pemukiman penduduk,itu kan jauh banget hampir 1 kilo dari pemukiman," sambung pengurus tersebut.
Selain terkendala karena penolakan warga, sempat juga timbul kendala lainnya, namun lebih kepada kondisi lapangan. Menurut pengurus tersebut, akses menuju liang lahat licin setelah hujan.
"Kalau kesusahan-kesusahan sih awalnya aja. Kesusahannya sih kalau lagi hujan kendaraan tidak bisa masuk ke lokasi. Ya kita bopong (peti jenazah), kita pikul dari atas. Tapi sekarang ini aksesnya sudah diaspal ya mungkin besok selesai jadi mobil jenazah bisa masuk," pungkasnya.(dtk)