DEMOKRASI.CO.ID - Keributan terjadi di RSUD Lamaddukelleng Sengkang, Wajo. Sejumlah keluarga pasien mengamuk.
Mereka marah karena keluarganya telat ditangani rumah sakit. Begitu tiba, pasien tersebut tidak langsung disentuh petugas. Sebagaimana pasien gawat darurat biasanya.
"Sampai di rumah sakit, tidak ada satu pun yang melakukan tindakan. Mengira Wiwin terpapar virus corona hingga akhirnya meninggal dunia," Wawan, saudara pasien.
Wawan menceritakan, pada Minggu (5/4/2020), Wiwin tersengat tawon di belakang rumahnya. Awalnya dikira sengatan biasa. Ternyata, seluruh wajahnya membengkak.
Panik, keluarga lalu melarikan korban ke RSUD Lamaddukelleng Sengkang.
"Saya bawa ke IGD tapi tidak ada yang mau sentuh. Dikira sakit karena virus corona. Kami diarahkan ke belakang, tapi di sana juga tidak ada yang mendekat," tambah Wawan.
"Hanya saudara yang angkat Wiwin masuk ruang rawat. Malah kami dimintai KTP dan KK dulu," lanjut Wawan.
Direktur RSUD Lamaddukelleng Sengkang, drg Andi Ela Hafid membenarkan adanya insiden itu. Keluarga pasien, katanya, marah karena merasa keluarganya lambat tertangani.
Selama wabah corona, petugas memang ekstra hati-hati. Seluruh pasien dan keluarganya harus melalui pemeriksaan. Pasien yang dicurigai langsung diarahkan ke ruang isolasi.
"Itulah kemungkinannya yang membuat keluarga pasien merasa dipimpong," katanya.
Petugas medis di RSUD Lamaddukelleng, kata Andi Ela, dituntut mengikuti standar operasional prosedur (SOP) untuk menghindari risiko penyebaran virus corona.
"Petugas medis harus melengkapi Alat Pelindung Diri (APD) dulu sebelum mendekati pasien. Apalagi jika sudah ada tanda-tanda. Dipastikan petugas harus mengikuti SOP dan juga rekam jejak perjalanan pasien perlu diketahui sebelum ditangani," katanya. [ry]