DEMOKRASI.CO.ID- Seorang pastor asal Virginia, Amerika Serikat, yang mengkritik kepanikan massal masyarakat atas terjadinya pandemi Virus Corona (COVID-19) dikabarkan meninggal dunia. Ironisnya, ia meninggal setelah terjangkit Virus Corona.
Pastor bernama Landon Spradlin itu mulai merasa sakit saat ia menyampaikan khotbah di New Orleans untuk perayaan Mardi Gras, tepatnya pertengahan Februari lalu. Saat itu ia juga sempat menjalani tes Virus Corona dan hasilnya negatif.
Di tengah perjuangannya melawan gejala corona, ia masih sempat berbagi gambar meme yang isinya membandingkan angka kematian corona dengan angka kematian flu babi. Ia menyebut bahwa Virus Corona adalah masalah nyata. Namun, dia mengatakan bahwa media memompa rasa takut dan melakukan lebih banyak kerusakan daripada kebaikan. Ia juga menyebut media menunggangi pandemi untuk mendiskreditkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
"Penyakit itu akan datang dan akan pergi," tulisnya kala itu, dilansir dari laman NY Post, Rabu (8/4).
Pernyataan bahwa Landon tidak pernah menganggap virus sebagai rekayasa disampaikan pula oleh putranya, Isaac.
"Dia memasang unggahan itu karena dia frustrasi lantaran media menyebarkan ketakutan sebagai mode komunikasi utama," katanya.
Dikatakan bahwa kondisi kesehatan Landon terus memburuk pada pertengahan Maret, sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhir di rumah sakit North Carolina. Di rumah sakit, dokter menemukan bahwa ia menderita pneumonia di kedua paru-paru, dan kali ini ia dinyatakan positif corona.
Landon meninggal setelah delapan hari masuk rumah sakit.
Putri Landon, Jesse, mengatakan bahwa misi ayahnya saat itu di Orleans adalah untuk menyampaikan "cinta Tuhan" kepada masyarakat.
"Misinya adalah pergi ke pub, klub, dan bar, bermain musik blues, dan berhubungan dengan musisi dan memberi tahu mereka bahwa Yesus mencintai mereka," kata Jesse.
“Mardi Gras seperti Times Square di New York selama Malam Tahun Baru. Lautan orang-orang hanya minum dan berpesta. Dia keras dan tertawa," lanjutnya.
Anak perempuan Landon yang lain mengatakan bahwa ayahnya tidak pernah membicarakan soal penyakit kepada keluarga.
"Saya bahkan tidak ingat kita pernah berbicara tentang virus. Dengan apa yang terjadi, kami terus melihat ke belakang, dan kami tidak pernah membicarakannya sekali pun," kata Naomi. []