Oleh: Rachland Nashidik
PRESIDEN, dalam dialog dengan Najwa Shihab tentang strategi mitigasi pandemi, mengatakan "mudik" dan "pulang kampung" adalah dua hal berbeda.
Mudik", kata Presiden, adalah mobilitas penduduk Ibu Kota ke daerah dalam rangka hari raya. Jadi "mudik" ini merujuk pada kelas menengah yang sudah bermigrasi ke Jakarta.
"Pulang kampung", sebaliknya, menunjuk pada penduduk pendatang, yakni penduduk miskin kota, yang pulang ke daerah asal karena di Jakarta kehilangan pekerjaan.
Dalam mitigasi pandemi, dua jenis mobilitas yang dimaksud Presiden tersebut sama-sama beresiko memperluas penularan virus. Lagi pula, secara leksikal, dua hal itu sebenarnya menunjuk pada mobilitas yang sama, yakni berpindahnya penduduk dalam suatu waktu dari Ibu Kota ke daerah. Itu sebabnya, penjelasan Presiden lalu jadi terasa kosong dan menggelikan.
Namun Presiden dengan ungkapan itu sebenarnya menjelaskan sesuatu yang terlalu penting untuk sekadar kita tertawakan. Presiden sesungguhnya sedang menjalankan strategi politik keamanan yang menghalalkan segala cara.
Bagi Presiden, "mudik" harus dilarang lantaran mencegah kemungkinan penularan virus mengikuti mobilitas pemudik: dari Jakarta ke daerah dan dari daerah ke Jakarta.
Tapi "pulang kampung" justru harus diijinkan, bahkan didorong, untuk mengurangi konsentrasi rakyat miskin kota di Jakarta. Dengan cara itu, masalah dikeluarkan dari Jakarta. Berpindah ke daerah yang tiba-tiba harus menampung mereka dan menanggung potensi masalah sosial berikut resiko penyebaran virusnya.
Presiden mungkin diberitahu, kesulitan ekonomi di masa pandemi ini bisa memicu letupan sosial politik yang menantang kekuasaannya. Maka ia bergerak cepat mengantisipasi. Ia bukan saja berusaha mengisolasi Jakarta dari resiko lebih lanjut penyebaran virus. Serentak dengan itu, ia berusaha melindungi Istananya dari kemungkinan letupan sosial akibat rakyat kehilangan pekerjaan dan tak bisa makan.
Srategi Presiden jelas berhubungan dengan ketidakmampuan Pemerintah menanggung biaya finansial yang sangat besar dalam menghadapi pandemi dan akibat ekonominya. Implisit, itu disampaikan Presiden ketika menjelaskan mengapa ia memilih kebijakan PSBB -- bukan karantina wilayah atau lockdown.
Demikianlah mengapa Presiden membedakan "mudik" dari "pulang kampung". Dan dari situ kita bisa melihat cara berpikirnya. Masalahnya adalah kesehatan. Pendekatannya keamanan. Dasarnya ekonomi. Tujuannya melindungi kekuasaan.
(Pemerhati politik)