DEMOKRASI.CO.ID - Merasa cemas saat situasi pandemik Covid-19 adalah respons yang wajar, mengingat dipersepsikan sebagai situasi yang berbahaya atau dapat mengancam keselamatan. Namun, rasa cemas tersebut perlu dikelola agar individu tetap bisa berfungsi.
Menurut psikolog Shinta Mayasari, kecemasan bisa dikelola dengan melakukan pembatasan diri terhadap paparan informasi mengenai virus corona dari media, baik media televisi, media daring, maulun media lainnya.
Pembatasan informasi ini perlu dilakukan terlebih kepada individu yang memiliki kepribadian mudah takut dan cemas.
“Namun kita tetap perlu mengetahui perkembangan Covid-19. Pilih sumber yang akurat dan terpercaya, misalnya dari pemerintah atau kementrian kesehatan. Dan mengecek informasinya tidak perlu berulang kali, cukup 1 atau 2 kali saja sehari,” jelasnya dilansir RMOLLampung, Minggu (5/4).
Menurutnya, agar masyarakat mengalihkan perhatian atau pikiran dari corona bisa dengan melakukan kegiatan senormal mungkin, dan membuat jadwal kegiatan atau aktivitas rutin aga dengan tetap memperhatikan perlindungan diri.
“Misalnya kita mengerjakan hobi, melakukan hal-hal yang selama ini tidak sempat dikerjakan karena aktivitas di luar rumah seperti mendekorasi ulang rumah, berinteraksi dengan keluarga, bermain, mendampingi anak belajar, beribadah atau berolahraga bersama keluarga,” jelasnya.
Bagi yang tinggal sendiri, juga tetap bisa berinteraksi dengan sahabat atau keluarga. Hubungi mereka dangan kecanggihan teknologi, misalnya video call.
“Bertukar kabar, saling berbagi cerita, beri semangat pada mereka, tularkan rasa optimis dan kebahagiaan. Interaksi tetap boleh hanya tidak secara langsung,” ujarnya.
Berpikir positif juga dianjurkan agar mood bahagia, hal itu akan membuat produksi antibodi dalam tubuh meningkat. Alhasil, daya tahan tubuh juga akan meningkat.
“Tapi kalau kita cenderung berpikiran negatif, perasaan takut atau cemas berlebihan sehingga mood menjadi sedih, maka produksi antibodi menurun sehingga kita malah lebih rentan terkena virus,” jelas Shinta.
Di sisi lain, berpikir negatif dan merasa cemas serta ketakutan akan hal-hal yang belum terjadi tentu menghabiskan energi kita. Lawan hal ini dengan bertindak untuk menghentikan kecemasan.
"Misalnya melindungi diri dan keluarga, rajin cuci tangan, mengelap perabot rumah yang sering disentuh dengan desinfektan, menjaga asupan gizi yang sehat, berolahraga secara teratur, membatasi diri dari interaksi langsung dan kerumunan, menghindar dari orang yg sakit,” sambung akademisi Unila ini.
Di luar dari itu, teknik relaksasi sederhana seperti bernafas 478 juga bisa dilakukan saat perasaan cemas datang.
“Tarik nafas 4 detik, tahan 7 detik, lalu embuskan 8 detik. Lakukan latihan ini berulan karena dapat membantu kita lebih relaks,” tandasnya.(rmol)