DEMOKRASI.CO.ID - Prediksi jumlah korban pandemik corona virus disease 2019 (Covid-19) akan mencapai 95 ribu pada Mei 2020 yang disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati harus dijadikan warning bagi Presiden Joko Widodo.
Analis politik Universitas Islam Indonesia (UII), Geradi Yudhistira mengatakan, prediksi yang disampaikan Sri Mulyani dianggap tidak berdasarkan data. Melainkan hanya melihat kasus yang kini telah hampir mencapai tiga ribu positif Covid-19.
"Saya menduga Sri Mulyani ini tidak berdasarkan data tapi berdasarkan kasus-kasus yang terus-terusan meningkat setelah dua bulan lamanya, sekarang kan dua ribuan, lalu 95 ribu di Mei nanti,” ujarnya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (8/4).
Menurutnya, penelitian dari ITB yang dijadikan dasar Sri Mulyani tidak berbicara data bahwa Mei akan melonjak 95 ribu kasus, sebatas menyebut bahwa ada pelonjakan di bulan April. Begitu juga penelitian lain, hanya menyebut bahwa puncak sebaran ada di April atau di Mei.
“Tapi tidak ada yang bilang berani mengatakan 95 ribu," tegasnya.
Namun demikian, Geradi menilai prediksi yang disampaikan Sri Mulyani merupakan sebuah wujud peringatan kepada Presiden Jokowi. Jika tidak melakukan sesuatu, maka akan terjadi 95 ribu pasien positif Covid-19 pada Mei nanti.
"Seperti warning gitu ya bahwa gerakan ini harus mengatasi Covid-19 ini tidak bisa dianggap remeh gitu," jelas Geradi.
Selain itu kata Geradi, apa yang disampaikan Sri Mulyani pun juga dianggap sebuah peringatan agar melakukan alokasi anggaran yang tepat salah hal untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.
“Peringatan bahwa ini bisa jadi 95 ribu kalau tidak dilakukan penghematan, kalau tidak dilakukan alokasi anggaran yang tepat, kalau tidak dilakukan upaya-upaya yang mengarah kepada pemutusan rantai penyebaran Covid-19 ini," pungkas Geradi.(rmol)