DEMOKRASI.CO.ID - Mantan Sekretaris BUMN, Said Didu hingga saat ini masih bergeming terkait dengan tuntutan Kemenko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan melalui jurubicaranya, Jodi Mahardi.
Alih-alih menuruti tuntutan tersebut, pria berjulukan 'manusia merdeka' ini tak takut dengan ancaman dipolisikan. Ia menegaskan kehadirannya saat ini hanya untuk menegakkan keadilan.
Melihat kegigihan Said Didu dengan pendiriannya tersebut, aktivis Adhie Massardi turut bersuara.
"Pilihan terakhir. Kita diam bisa dimangsa corona, mati terhina jenazah ditolak di mana-mana," tutur Adhie mengawali tulisannya di akun Twitter pribadinya, Minggu (5/4).
Ia berpandangan, kebenaran harus terus disuarakan, terlebih dalam pandemik virus corona yang saat ini masih menjangkit tanah air. Kebenaran dan kritikan harus terus disuarakan meski tak dipungkiri ada banyak risiko di setiap kritikan.
"Suarakan kebenaran agar Covid-19 ditangani dengan benar. Bisa disikat aparat. Tapi terhormat. Teman dan sahabat bisa dirikan shalat," tegasnya.
"Jika kebenaran bisa tegak, martabat bangsa juga tegak," tandas mantan Jurubicara Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini.
Diketahui, polemik keduanya bermula saat Said Didu berbicara mengenai penanganan wabah virus corona di Indonesia. Pernyataan yang diunggah di layanan berbagi vide YouTube tersebut, Said mengkritik sikap pemerintah, khususnya Menko Luhut yang mngotot tetap menjalankan program pemindahan Ibukota di tengah pandemik Covid-19.
Said Didu menyinggung sosok Luhut yang sangat kental hanya memikirkan uang daripada kepentingan bangsa dan negara. Said menuding Luhut memiliki karaktar kuat berorientasi uang semata.
"Kalau luhut kita suda tahu lah di kepala beliau itu hanya uang-uang, saya tidak melihat beliau memikirkan membangun bangsa dan negara, memang karakternya demikian, hanya uang dan uang," demikian kutipan pernyataan Said Didu yang berujung pada ancaman membawa ke jalur hukum. [rm]