DEMOKRASI.CO.ID - Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo mengkritik keras terkait biaya pelatihan sebesar Rp 1 Juta yang dibebankan kepada penerima Kartu Prakerja. Menurutnya, langkah pemerintah itu sangat memalukan karena berbisnis di tengah pandemik virus corona baru (Covid-19).
“Tweeps, saya tambahin, bukan hanya "terlalu besar" tetapi ini sebenarnya mubazir, unfaedah & terindikasi hanya ditumpangi proyek dari oknum-oknum yang cari keuntungan di tengah penderitaan masyarakat,” tulis Roy melalui akun Twitternya @KMRTRoySuryo2, Senin (20/4).
Padahal, sambung dia, di era kemajuan teknologi pelatihan-pelatihan berbasis online sudah banyak bertebaran dan dapat dipelajari sendiri tanpa biaya alias gratis. Menurut mantan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat ini, anggaran pelatihan yang disiapkan pemerintah sebesar Rp 5,6 triliun sebaiknya diperuntukan untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT).
“Di era teknologi komunikasi sekarang, pelatihan-pelatihan online semacam ini tidak perlu bayar dan bisa dipelajari sendiri, sangat mudah tutorialnya. Memangnya masih zaman seperti “kursus komputer WS-Lotus-dBase" jaman DOS?. Ini pembodohan masyarakat yang dipertontonkan,” sindir Roy.
Kemudian Roy mengingatkan dan menyindir kepada para Staf Khusus (Stafsus) Presiden Joko Widodo yang masih berpikiran bermain proyek pelatihan online disaat presiden Joko Widodo yang sudah berbicara soal Elon Musk, Mobil Listrik Tesla, HyperLoop, SpaceX dan sebagainya
“Lha kok mereka masih mikir bikin proyek "Pelatihan Online". Sekali lagi memalukan, berbisnis di tengah bencana,” jelas Roy.
Sebelumnya, Ruangguru ditunjuk pemerintah sebagai aplikator Kartu Prakerja yang merupakan program dari Kemenko Perekonomian dengan nilai proyek sebesar Rp 5,6 triliun.
Proyek yang diterima perusahaan milik Staf Khusus Presiden Jokowi Adamas Belva Syah Devara menjadi polemik. Alasannya adalah diduga pemberian proyek itu bernuansa nepotisme dan melanggar hukum. [rm]