logo
×

Senin, 13 April 2020

Pandemi Bikin Sepi Penumpang, Pengusaha Angkutan Umum Sampai Tumbang

Pandemi Bikin Sepi Penumpang, Pengusaha Angkutan Umum Sampai Tumbang

DEMOKRASI.CO.ID - Pandemi virus corona (COVID-19) menyerang segala lini. Tak cuma ojek online dan taksi online yang sepi orderan, angkutan umum pelat kuning juga mengalami hal yang sama. Bahkan, sampai ada operator angkutan umum yang tumbang karena sepinya penumpang.

Menurut Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruhan Sinungan, dampak dari pandemi COVID-19 itu sudah terasa oleh pengusaha angkutan umum sejak sebulan lalu. Saking sepinya, tak banyak angkutan umum yang beroperasi di Jakarta.

"Terakhir, akhir bulan lalu saya sampaikan tinggal 10% yang beroperasi. Karena masyarakat kan juga sudah mengurangi aktivitasnya. Bahkan termasuk bus AKAP pun demikian saat saya kontrol ke terminal tipe A termasuk Pulogebang dan Kampung Rambutan," ujar Shafruhan kepada detikOto melalui sambungan telepon, Senin (13/4/2020).

Menurut Shafruhan, saking sepinya penumpang imbas dari virus Corona, ada operator angkutan umum yang tumbang, terutama pengusaha angkutan umum yang kecil.

"Kalau (pengusaha angkutan umum) yang kecil udah collapse. Kalau nggak bergerak jalan, pasti collapse. Karena pengusaha angkutan umum mendapat penghasilan untuk membayar karyawannya kan dari situ. Belum driver juga, mengumpulkan hasil harian untuk melakukan kewajiban, ada yang bayar angsuran ke bank, ada yang untuk bayar karyawan. Kalau nggak ada penghasilan dari mana mau angsur ke bank, dari mana mau bayar karyawan, bayar listrik, telepon dan lain-lain. Nggak ada sumbernya. Ini real bisnisnya transportasi umum karena dari aktivitas harian," katanya.

Kata dia, yang sampai ambruk diterjang pandemi COVID-19 adalah pengusaha angkutan umum yang kecil, salah satunya yang bersifat individu seperti anggota koperasi. Anggota koperasi itu biasanya hanya memiliki armada maksimal sebanyak 5 unit.

Kalau mereka hidup dari situ, artinya penghasilan kebutuhan sehari-hari dari situ, kalau armada nggak jalan dari mana uang makannya? Dari mana mereka bayar angsuran? Sementara armadanya dibeli dari kredit. Setiap individu kan variatif, ada yang memang punya simpanan ada yang sama sekali nggak punya simpanan," ucapnya.

Pengemudi angkutan umum di luar Jak Lingko, menurut Shafruhan, juga sangat terpukul dalam kondisi saat ini. Karena pengemudi angkutan umum itu bergantung pada penghasilan harian.

"Saya juga ngobrol dengan beberapa operator angkutan umum yang besar-besar, saya tanya berapa kuat cashflow kalian bertahan dengan situasi seperti ini? Ada yang bicara paling tinggal 1,5 bulan, 2 bulan, maksimal 2,5 bulan. Kalau 2,5 bulan berarti pertengahan Juni ambruk tuh. Kalau dia ambruk berarti ada kontribusi pengangguran dari karyawan, ini bahaya," ucap Shafruhan sambil melanjutkan bahwa semua sektor industri juga terpukul dalam kondisi saat ini.

Meski mengalami kerugian akibat sepi penumpang, bukan berarti angkutan umum tak mengindahkan peraturan soal Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Shafruhan menyebut, pihaknya sangat mendukung kebijakan PSBB untuk mencegah penyebaran virus Corona.(dtk)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: