DEMOKRASI.CO.ID - Organisasi Muslim dan organisasi sukarela lainnya mengirinkan bantuan untuk warga miskin di India selama masa lockdown atau penguncian nasional. Sebelumnya, pemerintah India memperpanjang masa penguncian sampai awal Mei.
Perpanjangan kebijakan itu membuat buruh miskin dan migran harus bertahan hidup dengan upah harian. Mereka bahkan tidak punya cukup uang untuk membeli bahan-bahan dasar rumah tangga.
Mereka adalah kelompok yang paling menderita karena kebijakan tersebut. Perdana Menteri India, Narendra Modi, mengatakan pada hari Selasa (14/4), bahwa penguncian akan dijamin ketat dalam beberapa hari mendatang untuk memastikan bahwa virus tidak menyebar ke daerah-daerah baru. Hal ini menandakan bahwa akan datang masa-masa yang lebih sulit bagi sebagian masyarakat miskin.
Namun, organisasi amal Muslim itu datang untuk menyelamatkan mereka. Terlepas dari kejadian diskriminasi yang sedang terjadi di India yang ditujukan kepada kaum Muslim, kelompok amal itu berusaha untuk memastikan siapapun warga miskin India tidak merasa kelaparan.
The Humanitarian Relief Society, salah satu organisasi yang terlibat dalam tindakan amal itu. Mereka membantu warga miskin India, terutama si negara bagian selatan Karnataka. Sekretaris jendralnya, Mohammed Makakada, mengatakan mereka telah membagikan bahan makanan senilai 200.000 dolar kepada orang miskin.
“Kami memberikan perlengkapan makanan kepada orang miskin. Satu kit berisi item makanan bernilai sekitar 16 dolar (1.200 rupee). Ini diberikan kepada orang miskin dan pekerja migran,” kata Makakada hari Kamis (16/4).
Dia menuturkan pihaknya berencana melanjutkan pekerjaan amal itu hingga 3 Mei. “Kami juga bekerja dengan Jamaat-e-Islami Hind, (sebuah organisasi Muslim), dan mereka membantu kaum miskin dan pekerja migran lainnya tanpa memandang agama mereka,” tambahnya.
Amoomat Society, adalah badan amal lain yang berbasis di kota Hyderabad di negara bagian selatan Telangana, juga telah mendistribusikan makanan siap saji kepada sekitar 200 orang setiap hari. Sebagian besar dari mereka adalah pekerja migran dari berbagai negara bagian di India yang terjebak di Hyderabad karena kebijakan lockdown yang tiba-tiba.
Sekretaris Jenderal Amoomat Society, Khalida Parveen, menjelaskan alasannya mengapa mereka memberikan makanan siap saji ke warga miskin India. “Karena mereka sangat miskin dan tidak punya apa-apa untuk dimakan. Kami akan terus menawarkan makanan ini kepada mereka, karena tidak mungkin bagi mereka untuk bertahan hidup tanpa bantuan,” tutur Parveen.
Kendati berniat baik, Parveen mengaku pihaknya masih mengalami kendala. Dia dan timnya sempat berhadapan dengan kepolisian setempat, sebelum akhirnya diizinkan masuk.
Organisasi Mahasiswa Islam India juga membantu mereka yang membutuhkan selama masa-masa sulit ini. Sekretaris umum organisasi itu, Syed Azharuddin, mengatakan pada awalnya mereka bekerja untuk menyediakan makanan dan akomodasi sementara bagi para siswa karena lockdown yang tiba-tiba.
“Kemudian, kami memutuskan untuk membantu buruh migran. Kami melanjutkan bekerja untuk memberikan bantuan kepada mereka. Kami sedang melakukan pekerjaan bantuan di berbagai kota, “kata sekretaris umum organisasi itu, Syed Azharuddin.
Azharuddin mengatakan organisasinya telah menyediakan makanan yang dimasak, serta jatah atau pasokan makanan bagi para pekerja. Dia menyebut ada sekitar 100.000 pekerja yang sebagian dari mereka berasal dari negara bagian Bihar, Banggala Barat, dan Uttar Pradesh.
“Kami bekerja di 24 negara bagian dengan 1.000 pusat bantuan dan sekitar 10.000 sukarelawan,” ucapnya.
Modi membiarkan buruh dan pekerja migran tanpa asupan makanan dan tempat berlindung ketika tiba-tiba mengumumkan untuk melakukan penguncian. Hingga hari ini, jumlah kematian akibat virus corona di India telah mencapai 423 orang dan jumlah kasus positif sebanyak 12.456 orang. (*)