DEMOKRASI.CO.ID - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, membantah pemerintah bersikap main-main terhadap virus corona atau Covid-19. Mahfud mengklaim hal itu bisa dicek di jejak digital.
"Pada 25 Januari, pemerintah jemput orang ke Wuhan. Pakai pesawat khusus," kata Mahfud dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) tvOne, Selasa, 7 April 2020.
Meskipun saat itu pemerintah sudah menutup penerbangan Jakarta-Beijing namun mereka tetap mengupayakan penjemputan terhadap para warga negara Indonesia. Pemerintah melakukan komunikasi diplomatik lagi dengan pemerintah China.
"Kita jemput, ramai di Natuna, sama orang Natuna ditolak," kata dia lagi.
"Itu bulan Januari akhir, jangan dibilang baru bulan Maret. Bulan Januari sudah jemput orang," lanjutnya.
Kemudian, pada 6 Februari, pemerintah sudah mengumumkan akan membangun rumah sakit khusus penyakit menular.
"Kita tidak pernah main-main dengan itu sejak awal," katanya.
Tapi, dia mengakui bahwa pemerintah menganggap virus corona tidak terlalu berat karena ada semacam kesepakatan di antara mereka untuk tidak membuat masyarakat panik. Mereka merujuk pada pernyataan Badan Kesehatan Dunia atau WHO yang menyebut panik membuat hilangnya separo imunitas masyarakat.
"Yang mati-mati itu yang panik-panik," katanya.
Mahfud juga mengaku pemerintah pernah menyatakan negara besar di asia yang tidak ada corona adalah Indonesia. Bahwa kemudian ada kesulitan alat, bukan karena mereka tidak menyiapkan diri.
"Sampai hari ini, seluruh dunia rebutan, kita rebutan dengan AS. Rebutan ventilator. Ini bukan gejala Indonesia saja, seluruh dunia.. Konon, 80 persen korban meninggal nggak pakai ventilator," ujarnya.(*)