DEMOKRASI.CO.ID - Persiapan penanganan pasien Covid-19 sudah dilakukan sejak awal Januari 2020 di RSUD Arifin Achmad (AA) Pemprov Riau di Pekanbaru, Riau. Tapi begitu satu pasien positif terjangkit, perawat di ruangan Pinere langsung down dan menangis.
Pengalaman inilah yang disampaikan Koordinator Perawat Ruangan Pinere (isolasi pasien Covid-19), RSUD AA, Firdaus Eko dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (9/4/2020). Awal penanganan pasien dimulai pada Maret 2020. Saat itu ada 4 orang pasien yang suspect virus corona.
"Kami semua melayani sesuai SOP yang telah ditetapkan dalam penanganan pasien Covid-19. Namun beberapa hari kemudian hasil ujin Lab 4 pasien ini hasilnya negatif, kita pun merasa lega," cerita Eko.
Memasuki pekan kedua, jumlah pasien dalam pemantauan (PDP) kembali ditangani tim perawat. Pelayanan terus diberikan dalam penanganan pasien tersebut. Tetap berharap agar nanti hasilnya negatif. Namun rupanya, hasil uji Lab terhadap 4 pasien berikutnya, salah satunya dinyatakan positif.
"Saat mengetahui itu satu pasien positif virus corona, seluruh perawat di ruangan Pinere menangis. Karena ini adalah kasus pertama yang kita tangani. Perawat semuanya down, rasa takut menghantui, karena banyak tenaga medis yang sudah meninggal karena terjangkit," kata Eko.
Walau demikian, Eko tetap memberikan semangat kepada timnya agar tetap mengikuti prosedur penangan pasien. Sepanjangan prosedur dilakukan, diharapkan dapat menghindari terjangkit virus dari pasien.
"Yang paling rentan itu adalah saat membuka alat pelindung diri (APD). Nah prosedur membuka APD ini harus benar-benar sesuai SOP dan penuh kehati-hatian karena APD yang kita kenakan bersentuhan langsung dengan pasien," kata Eko.
Eko memaklumi, saat hari pertama mengetahui ada satu pasien positif timnya sempat gelisah. Semangat tetap diberikan pada semua tim yang terlibat, termasuk cleaning service di ruangan Pinere. Semunya bersama memberikan pelayanan terbaik buat pasien. Penanganan pasien Covid-19 diberlakukan seperti keluarga sendiri.
"Saya selalu sampaikan tangani pasien seperti keluarga sendiri, seperti orang tua sendiri. Insya Allah, dengan keihklasan semuanya bisa berjalan dengan baik dan kami selalu berdoa di setiap waktu," kata Eko.
Mengetahui pertama pasien positif terjangkit yang mematikan itu, perawat tak berani pulang ke rumah. Mereka menginap di rumah sakit, karena khawatir jika pulang ke rumah bisa berdampak pada keluarga mereka.
Eko juga melakukan hal yang sama. Ayah dua orang anak ini tak bisa lagi intens berinteraksi kepada anak dan istrinya. Terlebih istrinya saat ini lagi mengandung anak ketiganya. Kalau pun pulang ke rumah, tak lagi bisa memuluk anaknya, dan harus tetap menjaga jarak. Kini untuk kebaikan bersama, para medis diinapkan di hotel di Pekanbaru.
"Sebelummya kita tidur di ruangan, sekarang atas bantuan Gubernur Riau (Syamsuar) kami diinapkan di hotel. Alhamdulilah kini seluruh akomodasi kami ditanggung," kata Eko.
Tantangan terberat yang dihadapi sebenarnya pada pasien itu sendiri. Sebab, pasien pada umumnnya di hari pertama hingga ke tiga biasanya mengalami depresi berat. Mereka seakan tidak bisa menerima kenyataan terkonfirmasi Covid-19.
Di sinilah peran perawat harus memberikan dukungan penuh ke pasien. Sebab, dalam penanganan pasien terjangkit virus corona ini adalah diberikan asupan gizi atau vitamin untuk imunitas tubuhnya. Jika kondisi pasien sendiri tetap down, ini yang akan menjadi masalah terberat. Karena itu para perawat di ruangan isolasi selalu memberikan motivasi untuk memberikan semangat pada pasien.
"Inilah tugas kita untuk memberikan semangat pada pasien. Kita selalu melayani apa yang mereka inginkan. Kadang ada yang minta dibawakan Alquran, ada yang minta selalu minum air panas, semuanya kita layani. Tidak boleh mereka patah semangat," kata Eko.(dtk)