DEMOKRASI.CO.ID - Gejolak politik mulai terjadi di internal Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Seperti yang terjadi di Jember, Jawa Timur, seluruh pengurus DPD PSI Jember secara resmi menyatakan mundur dari partai pimpinan Grace Natalie itu.
"Terjadi ketidaksepahaman antara PSI Jember dengan DPP. Akhirnya tadi kita rapat, dan sepakat untuk menyatakan mundur dari PSI," ujar Ketua DPD PSI Jember Agus Hamdani, Kamis (9/4).
Penyebab utama pengunduran diri itu karena seluruh pengurus PSI Jember merasa diabaikan oleh DPP PSI setelah Pemilu. "Ini kan sudah satu tahun, sejak digelarnya Pemilu pada April 2019. Sama sekali tidak konsolidasi. Kita diabaikan, ibaratkan seperti mati suri," papar Agus.
Kondisi itu dianggap pengurus PSI di Jember, bertentangan dengan komitmen dari DPP PSI. "Padahal Ketua Umum Grace Natalie menyatakan bahwa tidak perlu menunggu lima tahun untuk menyapa masyarakat, meski PSI tidak lolos di DPR. Ternyata belum setahun, tidak ada aktivitas sama sekali," lanjut Agus.
Kondisi pandemi Covid-19 juga menambah kekecewaan pengurus DPD PSI Jember kepada DPP. "Tidak ada respons sama sekali dari DPP untuk membantu masyarakat dalam penanggulangan pandemik corona ini. Jadi seolah PSI sama dengan partai lain, yang menyapa masyarakat hanya ketika akan ada hajatan politik," tuturnya.
Di sisi lain, PSI Jember saat ini tercatat sebagai salah satu dari dua partai non-Parlemen yang mendukung kandidat petahana Bupati Jember dr Faida untuk maju dalam Pilkada Jember yang semula akan digelar tahun 2020 ini. Faida yang berpasangan dengan Vian, maju dari jalur independen. Faida-Vian juga didukung Partai Gelora yang didirikan oleh banyak mantan tokoh senior PKS.
Terkait keikutsertaannya dalam tim sukses Faida-Vian di Pilkada Jember, Agus menyatakan juga akan mundur. "Tadi sudah kita bahas, setelah mundur (dari PSI), kita akan melepas segala yang terkait dengan politik, termasuk Pilkada. Karena kita sudah tidak menjabat di PSI. Tadi kesepakatannya, kita kembali ke profesi semula. Yang guru, ya jadi guru lagi, begitu juga yang lain," tegas Agus.
Kisruh di PSI yang ada di daerah menurut Agus tidak hanya terjadi di Jember. "Sebelumnya, ini terjadi juga di daerah lain, beberapa PSI ada yang sudah mengundurkan diri. Entah sebabnya apa," papar Agus.
Rapat untuk menyepakati pengunduran bersama dari PSI, menurut Agus dihadiri oleh seluruh pengurus PSI Jember yang masih aktif. "Total pengurus PSI yang tercatat di KPU ada sekitar 20 orang. Tapi yang aktif hanya delapan orang, dan semuanya hadir. Juga ada 10 pengurus kecamatan, juga sepakat mundur," pungkas Agus. []