logo
×

Sabtu, 25 April 2020

Hubungan AS-China Memanas di Tengah Pandemi Ganas

Hubungan AS-China Memanas di Tengah Pandemi Ganas

DEMOKRASI.CO.ID - Hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China semakin memanas di tengah pandemi virus Corona (COVID-19). Belum selesai perkara perang dagang, AS dan China kini berseteru mengenai asal-usul virus Corona.

AS menuding China berada di balik pandemi virus Corona. Kala itu, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan lembaga intelijen AS meyakini virus tersebut berasal dari sebuah lembaga penelitian virus di Wuhan yang memiliki protokol keamanan yang kurang baik. Tudingan itu telah dibantah China yang menjadi pusat penyebaran virus Corona.

Tudingan demi tudingan pun dilontarkan AS terhadap China. Tebaru, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuduh bahwa China mungkin telah mengetahui soal virus Corona pada November 2019. Pompeo juga menuding bahwa Beijing tidak transparan.

Pompeo menduga virus mematikan itu telah ditemukan sejak November. Namun China baru membukanya pada Desember 2019.

"Anda akan ingat bahwa kasus-kasus pertama ini diketahui oleh pemerintah China mungkin paling cepat November, tetapi sudah pasti pada pertengahan Desember," ujar Pompeo seperti dilansir AFP, Jumat (24/4/2020).

"Masalah transparansi ini penting bukan hanya sebagai masalah historis untuk memahami apa yang terjadi pada bulan November dan Desember dan Januari, tetapi juga penting hingga hari ini," lanjutnya.

Pompeo juga menuduh China telah menyebabkan hilangnya banyak nyawa dan menegaskan bahwa Partai Komunis China akan merasakan konsekuensinya. China juga dituding memicu krisis global.

"China telah menyebabkan rasa sakit yang besar, hilangnya banyak nyawa, dan sekarang memicu tantangan besar bagi perekonomian global dan juga perekonomian Amerika, dengan tidak membagikan informasi yang mereka miliki," tegas Pompeo seperti dilansir CNN, Jumat (24/4/2020), kritikan terbaru ini disampaikan Pompeo saat tampil dalam acara Sean Hannity Show di saluran televisi Fox.

Tudingan tak berakhir di situ. Pompeo bahkan menuduh Cina memanfaatkan situasi untuk membetoni klaim teritorial atas Laut Cina Selatan, ketika dunia masih disibukkan oleh wabah corona. Hal itu disampaikannya di hadapan menteri luar negeri ASEAN dalam pertemuan via video, Kamis (23/4).

Baru-baru ini Beijing memasukkan kedua kepulauan yang menjadi bahan sengketa ke dalam wilayah administrasi provinsi di Cina. Langkah tersebut dinilai sebagai upaya menciptakan status quo di kawasan.

"Beijing bergerak memanfaatkan kelengahan dunia, dengan mengumumkan distrik administrasi di atas kedua kepulauan dan wilayah perairan Laut Cina Selatan, menenggelamkan kapal nelayan Vietnam awal bulan ini dan membangun 'stasiun penelitian' di Fiery Cross Reef dan Subi Reef," kata Pompeo.

Dia juga menuduh Cina menggunakan kapal yang telah dipersenjatai untuk mencegah negara lain mengerjakan proyek minyak dan gas lepas pantai.

Pompeo juga mengritik Cina ihwal kisruh seputar sungai Mekong. Dia mengutip sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa bendungan milik Cina secara sengaja mengubah aliran air Mekong dan mengancam sumber kehidupan bagi puluhan juta warga di Laos, Thailand, Kamboja dan Vietnam.

Tak hanya tudingan yang dilontarkan, gugatan pun dilayangkan oleh AS. Gugatan salah satunya dilayangkan negara bagian Missouri. China, Partai Komunis China, dan pejabat pemerintahan lainnya dinilai melakukan "kampanye jahat penyimpangan dan penipuan" yang mereka klaim menyebabkan pandemi COVID-19 di seluruh dunia.

Gugatan juga datang dari ribuan warga Amerika Serikat melakukan gugatan class-action dan ditangani firma hukum Berman Law Group di Miami. Mereka menyebut pemerintah China telah gagal mencegah penyebaran COVID-19 sehingga kini sudah menimbulkan masalah di seluruh dunia.

Belum lagi masalah pendanaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). AS yang merupakan pendonor terbesar WHO, pekan lalu, menuduh badan kesehatan PBB itu telah 'salah mengurus' krisis virus Corona.

Trump menuding WHO menutup-nutupi keseriusan wabah virus Corona di China, sebelum akhirnya menyebar luas secara global. Tudingan itu berakhir dengan AS yang menghentikan dana untuk WHO pekan lalu.

Reaksi Keras China

China sebelumnya pernah bereaksi keras terhadap tudingan-tudingan yang dilontarkan kepada negaranya. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang menyebut tuduhan-tuduhan itu tidak menghormati "upaya luar biasa dan pengorbanan rakyat China" dalam memerangi penularan virus Corona.

"Setiap keraguan tentang transparansi China dalam pencegahan dan pengendalian situasi epidemi, tidaklah sejalan dengan fakta," kata Geng dalam jumpa pers reguler seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (21/4/2020).

Sementara, perihal gugatan yang dilayangkan di AS pemerintah China sendiri menyebut upaya hukum tersebut "sangat absurd,". Pemerintah China beralasan China bukanlah bagian dari yurisdiksi AS.

China juga bereaksi keras atas tindakan AS yang menuding WHO 'salah mengurus' krisis virus Corona. Tak tinggal diam, China pun mendonasikan dana 50 juta USD kepada WHO untuk mendukung perang global melawan virus Corona.

"China telah memutuskan untuk mendonasikan US$ 30 juta dalam bentuk tunai kepada WHO, sebagai tambahan dari donasi sebelumnya sebesar US$ 20 juta (Rp 303 miliar), untuk mendukung perang global melawan COVID-19 dan memperkuat sistem kesehatan negara berkembang," tutur juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, dalam konferensi pers terbaru seperti dilansir AFP, Kamis (23/4/2020).(dtk)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: