DEMOKRASI.CO.ID - Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) baru saja mengeluarkan rilis mengenai 37 blunder pernyataan pemerintah dalam menanggapi wabah Covid-19.
Blunder pernyataan yang dicatat itu dilakukan oleh presiden, menteri, hingga pejabat terkait lainnya sejak fase awal krisis virus Corona pada akhir Januari lalu.
Salah satunya adalah blunder pernyataan dari Jurubicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto. Tepatnya, saat Yurianto mengatakan “yang kaya melindungi yang miskin agar bisa hidup dengan wajar dan yang miskin melindungi yang kaya agar tidak menular penyakitnya”.
Yurianto angkat bicara lagi. Menurutnya, blunder yang dimaksud hanya potongan ucapannya selama 40 detik. Padahal durasi dia berbicara saat itu mencapai lebih dari setengah jam.
“Saya menyebut itu, karena keprihatinan saya bahwa imbauan di rumah saja tidak dijalankan dengan baik,” terangnya kepada Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu, Selasa (7/4).
Dia menguraikan bahwa banyak pekerja harian yang masih keluar rumah untuk mengais rezeki. Jika tidak keluar rumah, maka mereka tidak bisa makan. Salah satunya adalah mereka yang bekerja sebagai driver ojek online (ojol). Atas alasan itu juga saat menyampaikan kalimat tesebut Yurianto turut menampikna video ojol.
“Mereka bilang kan sebetulnya tidak pingin keluar, karena tidak pingin sakit. Jadi kalau dia keluar itu karena terpaksa,” urainya.
Mereka, sambung Yurianto, sempat mengatakan kesediaan untuk tidak keluar rumah jika ada pihak yang memberi sembako. Atas dasar itu, Yurianto kemudian mengatakan agar yang mampu secara ekonomi membantu yang tidak mampu.
“Saya ngomong begitu bukan hanya ke kamera lho ya, tapi ke masyarakat luas, agar yang kaya bantu miskin, kalau enggak mereka di jalan, kalau dia ketularan penyakit, kalau pulang ada anak istri kalau kena urusannya jadi panjang,” sambungnya.
Sementara bagi para asisten rumah tangga yang berpotensi tertular oleh para majikan, Yurianto menyarankan agar mereka di rumah saja. Terpenting, hak mereka tetap diberikan oleh majikan.
“Saya enggak melihat marahnya orang yang miskin. Tapi sekarang coba lihat, yang kaya beramai-ramai berbagi sembako, bagi-bagi uang. Itu tujuannya,” tegasnya.[rmol]