DEMOKRASI.CO.ID - Pemerintah Australia menyerukan adanya penyelidikan terkait virus Corona di China. Duta Besar China di Australia memperingatkan, hal itu bisa menyebabkan boikot terhadap anggur Australia dan perjalanan ke negara itu.
Seperti dilansir AFP, Senin (27/4/2020) peringatan bernada ancaman itu disampaikan oleh Dubes China untuk Australia, Cheng Jingye. Dia mengatakan, masyarakat China kecewa dengan sikap Australia itu.
"Publik China frustrasi, kecewa, dan kecewa dengan apa yang sedang dilakukan Australia sekarang," katanya dalam sebuah wawancara dengan Australian Financial Review, Minggu (26/4).
Dia mengingatkan, bahwa kekecewaan masyarakat China ini akan memicu boikot. Masyarakat China bisa enggan untuk berkunjung ke Australia. Selain itu, China juga bisa memboikot anggur Australia.
"Jika suasana berubah dari buruk menjadi lebih buruk, orang akan berpikir 'mengapa kita harus pergi ke negara yang tidak begitu bersahabat dengan China?' Para wisatawan mungkin punya pemikiran lain," katanya.
"Terserah orang untuk memutuskan. Mungkin orang-orang biasa akan mengatakan 'Mengapa kita harus minum anggur Australia? Makan daging sapi Australia?'" ujarnya.
Sebelumnya, Australia telah bergabung dengan Amerika Serikat (AS) untuk menyerukan penyelidikan menyeluruh tentang bagaimana virus Corona bertransformasi dari epidemi lokal di China menjadi pandemi yang telah menewaskan lebih dari 200.000 orang.
Seperti diberitakan Reuters, Rabu (22/4/2020), kantor PM Australia menyatakan bahwa Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison telah menelepon pemimpin Jerman dan Prancis untuk membahas hal tersebut. Pembicaraan telepon tersebut dilakukan seiring gencarnya upaya Australia untuk mendorong adanya penyelidikan independen atas asal-usul dan penyebaran wabah Corona, termasuk respons Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Upaya Australia itu telah memicu kegeraman pemerintah China yang menuding Australia menerima instruksi dari pemerintahan Trump.
Berdasarkan konsesi luas yang berlaku saat ini, virus Corona diyakini berasal dari sebuah pasar hewan liar di kota Wuhan, China pada Desember 2019 lalu.(dtk)