DEMOKRASI.CO.ID - Beberapa negara diserang virus Corona gelombang kedua. Apakah COVID-19 telah bermutasi?
Selain China, Korea Selatan dan Singapura juga menghadapi gelombang virus Corona kedua di awal April. Jubir Tim Satgas Corona RS Unair Surabaya, dr Alfian Nur Rasyid SpP menjelaskan, seseorang yang sudah terjangkit virus, maka akan mempunyai antibodi atau kekebalan dan jarang terinfeksi kembali.
"Secara ilmu kedokteran, kalau sudah kena virus A dan dinyatakan sembuh, dia punya kekebalan sendiri. Jika suatu saat dia kena, harusnya dia sudah punya antibodi dan virus itu nggak bisa masuk lagi," kata Alfian saat dihubungi detikcom, Kamis (9/4/2020).
Alfian menduga, gelombang Corona kedua yang terjadi di beberapa negara, merupakan klaster virus baru yang lebih ganas dari virus sebelumnya. Sebab, belum diketahui virus tersebut sama atau sudah bermutasi.
"Terus apakah yang terkena itu orang yang sebelumnya positif terus kena lagi, saya belum tahu datanya. Karena informasinya masih berkembang terus, laporan dari WHO juga belum kita terima," jelasnya.
Menurutnya, dari analisa yang dilakukan, ada dugaan terjadi mutasi virus. "Jangan-jangan mutasi, ada virus baru yang beredar dan mengenai orang-orang yang tinggal di sana," imbuhnya.
Menurutnya, mutasi itu terjadi karena kandungan RNA dari virus berubah dan tipenya berbeda. Jika diamati di masyarakat, gejalanya macam-macam dan sangat variabel.
"Ada yang gejala berat, ringan, bahkan tidak bergejala. Jadi saya juga masih mengamatinya," paparnya.
Oleh karena itu, ia meminta masyarakat agar menerapkan imbauan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus Corona. Seperti tetap di rumah, menjaga kebersihan dan menggunakan masker saat keluar rumah.
"Untuk saat ini, lebih baik masyarakat mengikuti imbauan pemerintah untuk tetap tinggal di rumah, rajin cuci tangan dan menggunakan masker. Terus menerapkan pola hidup bersih dan sehat," pungkasnya.(dtk)