DEMOKRASI.CO.ID - Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) memperingatkan negara-negara agar tidak mengobati pasien yang terinfeksi virus corona dengan obat-obatan yang tidak teruji atau terbukti secara ilmiah untuk melawan patogen.
Adapun peringatan tersebut disampaikan pada Jumat (27/3/2020).
Dilansir dari SCMP, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan peringatan tersebut dikarenakan muncul lonjakan kasus infeksi virus corona di seluruh dunia.
Hal inilah yang mendorong otoritas kesehatan untuk mencari perawatan.
"Kami menyerukan semua individu dan negara untuk tidak menggunakan terapi yang belum terbukti efektif salam pengobatan Covid-19," ujar Tedros.
"Sejarah kedokteran dipenuhi dengan contoh-contoh obat yang bekerja di atas kertas, atau dalam tabung percobaan, tetapi tidak bekerja pada manusia, atau sebenarnya berbahaya," lanjut dia.
Tedros mencontohkan, beberapa obat yang dianggap efektif ternyata tidak seefektif obat-obatan lain, ketika obat tersebut dibandingkan selama uji klinis pada kasus endemi Ebola 2014 lalu.
Ia pun menegaskan, "kita harus mengikuti buktinya. Tidak ada jalan pintas".
WHO tidak sebut negara mana saja
Sementara itu, Tedros tidak menyebut siapa pun, termasuk Presiden AS, Donald Trump, yang mendapat kritik karena menggembar-gemborkan penggunaan obat malaria klorokuin sebagai pengobatan untuk pasien Covid-19.
Trump mempertahankan tujuannya untuk mulai menggunakan obat tersebut, terlepas dari peringatan WHO.
Namun, ketika ditanya dalam pengarahan yang berlangsung di Gedung Putih mengenai apakah dia akan terus mendorong konsumsi klorokuin untuk pengobatan, Trump menjawab: "Kami memiliki orang yang sekarat saat ini."
"Jika kita akan pergi ke laboratorium dan menguji semua ini membutuhkan waktu yang lama, kita dapat mengujinya pada orang-orang yang sekarang dalam masalah serius dan akan mati," kata Trump.
"Apabila berhasil, maka kami telah melakukan hal yang hebat. Tetapi, jika tidak berhasil, Anda tahu, kami sudah berupaya mencoba," lanjut dia.
Awal mula dianjurkannya klorokuin di AS
Diketahui, pemimpin AS mulai mendorong untuk menggunakan klorokuin sebagai obat melawan Covid-19 sejak pekan lalu.
Dalam jumpa pers pada 19 Maret 2020, Trump, merujuk pada obat tersebut dan mendorong penggunaan klorokuin untuk pengobatan Covid-19.
Tak lama setelah itu, FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan AS) mengungkapkan, klorokuin belum disetujui efektif untuk mengobati virus corona dan masih diperlukan lebih banyak tes untuk menentukan keamanan dan keefektifannya.
Kemudian, pakar penyakit menular AS, dr. Anthony Fauci mengungkapkan, ada bukti bahwa klorokuin bekerja melawan SARS-CoV-2.
Menurut Fauci, upaya untuk membuktikan kemanjuran obat dalam melawan penularan yakni tidak dilakukan dalam uji klinis terkontrol, sehingga Anda benar-benar tidak dapat membuat pernyataan yang pasti mengenai hal itu.
Banyak media AS melaporkan kekurangan klorokuin dan hydroxychloroquine (turunan baru klorokuin yang juga digunakan untuk malaria), karena kasus Covid-19 mulai melonjak di AS.
Kendati demikian, Tedros juga memperingatkan bahwa penggunaan obat yang tidak berlabel (resep obat yang disetujui untuk tujuan lain yang tidak disetujui), untuk mengobati Covid-19 tidak digunakan.
Sebab, hal itu menimbulkan potensi ancaman kesehatan bagi banyak orang yang tidak terinfeksi penyakit baru.
"Kita perlu memastikan bahwa menggunakan obat-obatan yang tidak terbukti tidak membuat kekurangan obat-obatan utuk mengobati penyakit yang terbukti efektif," imbuh Tedros. [kompas]