DEMOKRASI.CO.ID - Penyerangan kepada para tokoh yang kritis terhadap pemerintah oleh buzzer seolah mengkonfirmasi besarnya anggaran untuk influencer yang mencapai Rp. 72 miliar beberapa waktu silam.
Demikian disampaikan pengamat politik dari Universitas Telkom, Dedi Kurnia Syah, Rabu (25/3).
"Bukan tidak mungkin jika pemerintah anggarkan biaya khusus untuk influencer, inilah masalah pemerintah saat ini, lebih berpihak pada influencer dibanding dengan memperbaiki situasi," kata Dedi Kurnia Syah.
Tokoh senior seperti Rizal Ramli dan Fadli Zon yang kritis dengan tujuan mengingatkan pemerintah justru mendapat serangan udara dari akun-akun buzzer di media sosial. Sebut saja akun @FirzaHusain yang meminta pemerintah melockdown RR dan Fadli Zon.
Sialnya, narasi yang digunakan oleh akun buzzer yang menyerang tokoh kritis mirip dengan pernyataan Jurubicara Presiden, Fadjroel Rachman. Diketahui, Fadjroel Rachman sempat mengeluarkan statemen keras terhadap pihak-pihak yang kritis terhadap pemerintah. Dia menyebut pihak-pihak yang kritis ke permintaan sebagai pecundang politik.
Menurut Dedi Kurnia Syah, hal itu semakin menguatkan dugaan masyarakat bahwa pemerintah memelihara buzzer politik untuk membungkam pihak-pihak yang kritis terhadap pemerintah.
"Tentu saja, terutama menghalau informasi yang ditujukan terkait wabah corona. Itulah mengapa kondisi negara ini sulit teratasi karena setiap hal lebih sering melibatkan peran influencer dibanding keterbukaan," pungkasnya.(rm)