DEMOKRASI.CO.ID - Staf Khusus (Stafsus) Presiden Joko Widodo dianggap seperti patung yang bernyawa keberadaannya.
Hal itu disampaikan oleh Mujahid 212 yang juga Ketua Koordinator Pelaporan Bela Islam (Korlabi), Damai Hari Lubis.
Menurut Damai Hari Lubis, gagasan Stafsus milenial merupakan sebuah proyek yang memiliki hubungan baik dengan kalangan istana.
"Jadi anggaran yang dicari dan orang-orangnya adalah rekrutan mereka," ucap Damai Hari Lubis kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (16/3).
Damai melanjutkan, keberadaan Stafsus sangat tidak berguna lantaran tidak nampak giat, karya atau sumbangsih saran maupun pencapaian yang didengar oleh masyarakat. Terkhusus dalam hal Virus Corona atau Covid-19 di Indonesia.
"Saran saya bubarkan saja, kayak melihat patung bernyawa saja. Hanya habiskan anggaran negara, rugikan uang rakyat. Uang negara adalah uang milik seluruh rakyat Indonesia," tegas Damai.
Karena kata Damai, sikap pasif yang ditunjukkan oleh Stafsus milenial tersebut dapat menghilangkan optimisme masyarakat khususnya kalangan anak muda.
"Anak-anak muda yang kreatif lainnya dan yang punya telenta atau bakat yang bagus bisa hilang promosi atau peluang melihat data emperis mereka," jelas Damai.
Damai pun menilai, Stafsus milenial diangkat hanya berdasarkan faktor nepotisme, bukan berdasarkan bakat yang dimiliki.
"Padahal mereka-mereka (Stafsus) ini adalah individu-individu salah pilih. Mungkin terpilihnya mereka ada faktor nepotisme. Bukan oleh karena punya bakat atau talenta yang unggul," pungkas Damai.(rmol)