logo
×

Kamis, 12 Maret 2020

Rocky Gerung Sebut Masuk Akal Jika Rezim Jokowi Lengser, Presenter: Ini Bukan untuk Makar

Rocky Gerung Sebut Masuk Akal Jika Rezim Jokowi Lengser, Presenter: Ini Bukan untuk Makar

DEMOKRASI.CO.ID - Ahli filsuf kelahiran Manado, Rocky Gerung buka suara soal prediksi dari pengamat Politik Syahganda Nainggolan, yang mengatakan bahwa rezim Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) tidak akan mampu selesai hingga akhir periode.

Rocky Gerung mengatakan tanda-tanda keretakan masyarakat Indonesia sudah terlihat di mana-mana, di antaranya adalah masuknya oposisi ke dalam pemerintahan. 

Presenter acara Rocky Gerung Official Hersubeno Arief lanjut menegaskan bahwa pembahasan mereka berdasarkan analisis ilmiah, dan bukan bermaksud untuk makar.

Dikutip dari YouTube Rocky Gerung Official, Kamis (12/3/2020), awalnya Hersubeno menanyakan pendapat Rocky Gerung soal prediksi jatuhnya Jokowi dalam waktu 6 bulan.

Rocky Gerung menjawab bahwa prediksi tersebut masuk akal.

"Masuk akal saja," katanya.

Pria yang pernah menjadi dosen di Universitas Indonesia (UI) itu lanjut menjelaskan mengapa prediksi jatuhnya Jokowi masuk akal.

Menurutnya, kini ada beberapa tanda keretakan yang telah terjadi di masyarakat Indonesia.

"Variabel sosial misalnya, keakraban bernegara. Sampai sekarang ada ketegangan, ketegangan etnis, ketegangan agama," ujar Rocky Gerung.

Ia juga membahas bagaimana masyarakat Indonesia terpecah saat menghadapi wabah Virus Corona.

"Iya ada virus harusnya ada kebersamaan, yang terjadi segregasi kan. Secara sosial ekonomi ada yang tiba-tiba memborong masker, menimbun bahan pangan," kata Rocky Gerung.

"Padahal sebetulnya kalau terjadi riots, kerusuhan, yang saya timbun itu pasti diserbu oleh orang yang lapar, buat apa nimbun," lanjutnya.

Rocky Gerung melihat Indonesia saat ini dalam kondisi yang tegang.

"Sinyal itu memperlihatkan bahwa perdamaian batin itu tidak terjadi," katanya.

Kondisi tegang tersebut, menurut Rocky Gerung adalah salah dari pemerintah yang merekrut oposisi ke dalam pemerintahan.

"Perdamaian politik terjadi, tapi rakyat tidak berdamai secara batinnya, dan itu bukan salah rakyat, itu salah pemerintah, yang secara serampangan menganggap bahwa politik bisa diselesaikan dengan mengundang oposisi masuk ke dalam kabinet," paparnya.

Rocky Gerung mengatakan dengan tidak adanya oposisi, rakyat saat ini justru semakin bergejolak melawan pemerintahan.

"Oposisi berhenti, tapi perlawanan politik rakyat jalan terus," terangnya.

"Dan kemudian yang terjadi pembelahan di dalam masyarakat semakin dalam."

"Semakin dalam, dalam kasus DKI Jakarta itu semakin terlihat," imbuh Rocky Gerung.

Hersubeno: Ini Bukan Makar

Pria kelahiran Manado itu juga menceritakan perjalanan dirinya ke berbagai universitas di Indonesia.

Melalui kunjungannya itu, Rocky Gerung melihat bahwa suasana masyarakat memang tidak dalam kondisi yang damai.

"Seolah-olah berdamai, tapi dendam masih berlangsung, karena janji pemerintah tidak cukup meyakinkan bahwa Indonesia punya harapan," katanya.

"Jadi dengan dasar itu lah makanya kemudian muncul prediksi, bukan ramalan lah," balas Hersubeno.

Rocky Gerung mengiyakan, bahwa prediksi kejatuhan rezim memang masuk akal.

"Sebut saja prediksi yang masuk akal bahwa pemerintah bisa berhenti di tengah jalan, macet atau di-lock down (dikunci) oleh kebijakannya sendiri," katanya.

Meluruskan pembahasan, Hersubeno menegaskan bahwa diskusi tersebut bukan lah bentuk dukungan terhadap makar.

Ia menegaskan pemerintah akan jatuh karena kebijakannya sendiri.

"Ini penting digarisbawahi ya, ini bukan gerakan mendorong untuk makar, tapi lebih pada kalkulasi ekonomi, politik, dan sosial yang ada sekarang," tegas Hersubeno.

"Gampangnya semua rumus sosiologi untuk suatu kemacetan politik, tersedia di negeri ini," tambah Rocky Gerung.(*)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: