Oleh: Muhammad Iqbal
Pak Jokowi, 23 hari berlalu sejak kasus corona pertama kali Bapak umumkan tanggal 2 Maret menginfeksi warga Depok, saat ini angkanya sudah mencapai 686 orang.
Hal yang paling menyesakkan, 55 orang di antaranya meninggal. Angka kematian tertinggi di Asia Tenggara. Apa yang sudah Bapak lakukan?
Grafik di bawah ini menanjak terus sejak 12 Maret..
Kami patuhi imbauan Bapak untuk belajar, bekerja, dan beribadah di rumah. Tapi makin hari, kami justru makin khawatir angka positif dan yang meninggal akan terus bertambah.
Tengok KRL yang masih padat, kafe yang masih ramai anak muda, tengok anak buah Bapak di kabinet yang abaikan physical distancing, dan kerumunan lain.
Tapi kami tetap di rumah, pun beribadah di rumah sesuai fatwa MUI.
Jumat, 20 Maret 2020, Masjid Istiqlal yang saban Jumat selalu padat orang-orang khusyuk beribadah, mendadak sepi, kosong melompong.
61.000 orang (kapasitas Istiqlal) meninggalkan masjid siang itu dan menggantinya dengan Salat Zuhur di rumah. Begitu juga terjadi pada masjid-masjid lain di Jakarta. Sungguh, sekali pun kami tak pernah meninggalkan Jumat kecuali sakit dan safar.
Siang itu pula, Imam Masjid Nabawi, Syeikh Ahmed Talib Hameed, tak berhenti menangis saat memimpin salat Jumat beberapa orang di Masjid Nabawi.
A very emotional Sheikh Ahmed Talib Hameed today during Jummah Salah today pic.twitter.com/mtcWTZYJoe— Haramain Sharifain (@hsharifain) March 20, 2020
Pak Jokowi, hingga tanpa disadari, ternyata bulan depan kami akan memasuki bulan Ramadhan. Tepatnya pada 24 April.
Satu bulan saat masjid akan lebih padat dari hari-hari biasa. Musala ramai orang beribadah. Langgar dan surau dipadati anak-anak ingin salat dan mengaji. Pagi, siang, malam, masjid itu tak akan kosong di bulan Ramadhan.
Sejak subuh masjid ramai orang yang salat, dilanjutkan kuliah subuh hingga terbit fajar. Begitu juga salat zuhur dan ashar.
Menjelang magrib, masjid-masjid akan ramai orang menunggu berbuka karena ada takjil untuk pekerja kantoran, mereka yang safar (dalam perjalanan), termasuk fakir miskin yang berpuasa.
Memasuki malam, masjid akan dipadati orang-orang yang ingin salat tarawih. Pria, wanita, tua, muda, remaja, dewasa, semua tarawih di masjid. Khusyuk.
Kami masih ingat saat kecil kami diajak ayah untuk tarawih. Lalu apakah anak-anak kami tahun ini akan punya ingatan yang sama?
Orang-orang yang ingin pahala lebih akan lebih lama berada di masjid. Bahkan, 10 hari terakhir Ramadhan, masjid padat oleh orang-orang yang ingin iktikaf hingga subuh.
Lalu karena COVID-19, akankah masjid kami sepi di bulan Ramadhan?
Mereka yang wafat karena corona sehingga tak menjumpai Ramadhan tahun ini, semoga Allah hapuskan dosanya dan naikkan derajatnya.
Mereka yang masih bekerja karena tak diperkenankan WFH, lalu terpaksa menjejali KRL, angkutan umum, berinteraksi dengan teman kantor, semoga Allah lindungi dari bahaya corona.
Semoga kita semua terhindar dari corona.
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dengan nama Allah Yang bersama Nama-Nya sesuatu apa pun tidak akan celaka baik di bumi dan di langit. Dialah Maha Medengar lagi maha Mengetahui.”