logo
×

Kamis, 05 Maret 2020

Marah dan Kaget Rentan Stroke, Kalau Tak Sanggup Jokowi Mundur Saja

Marah dan Kaget Rentan Stroke, Kalau Tak Sanggup Jokowi Mundur Saja

DEMOKRASI.CO.ID - Presiden Jokowi marah besar dalam rapat kerja Kementerian Perdagangan di Istana Negara. Dia kecewa karena mendengar defisit bahan baku yang dikeluhkan dunia industri. Mulai dari komoditas gula, garam, hingga gula.

Jokowi kemudian menuding jajarannya hanya bekerja secara rutinitas. Padahal situasi perekonomian global kekinian tidak bisa dibilang normal. Perekonomian dunia sedang diterpa kekhawatiran virus corona (Covid-19). Terlebih, China yang menjadi mitra dagang utama Indonesia saat ini tengah terpukul.

Ini bukan kali pertama Presiden Jokowi marah besar. Awal Februari lalu, Jokowi juga marah-marah melihat angka kebakaran hutan dan lahan yang kembali naik. Sebelumnya, Jokowi juga jengkel gara-gara sudah lima tahun instruksinya untuk membangun kilang minyak juga belum dijalankan. Publik juga masih ingat ketika Presiden Jokowi marah besar ketika terjadi pemadaman listrik massal se-Jawa. Kalau ditelisik lebih lanjut, daftar kemarahan Jokowi ini pasti makin banyak.

Masalahnya, kemarahan Presiden ibarat kentut busuk. Baunya membikin semua orang kaget, tapi dampaknya cuma sepersekian detik. Habis itu hilang ditelan angin. Apa yang dipermasalahkan tidak lantas lancar pasca kemarahan itu. Akhirnya yang terjadi hanya siklus kemarahan. Jokowi marah hari ini untuk marah lagi esok hari.

Kalau tidak marah-marah, Presiden coba menekan kecewanya dengan kedok kaget. Atau sok filosofis. Misalnya ketika pertumbuhan ekonomi selama 2019 hanya mentok di angka 5,02%, Jokowi mengingatkan agar masyarakat Indonesia tetap harus bersyukur dan tidak boleh kufur nikmat.

Tapi sekali lagi,”bersyukur dan tidak boleh kufur nikmat” itu cuma kamuflase. Karena jika Jokowi bisa menerima kinerja jajarannya dia tidak akan marah-marah kan? Bukannya kecewa dan marah-marah itu bertolak-belakang itu berbeda dengan bersyukur dan tidak boleh kufur nikmat?
Baca juga  Agama (Tidak) Bisa Terpisah dari Jagat Politik

Secara pribadi saya kasihan pada Jokowi. Baru setapak dari 100 hari pemerintahannya, banyak sekali masalah yang melanda. Mulai dari skandal Jiwasraya dan Asabri hingga pelemahan KPK. Dari utang yang meroket hingga virus corona. Belum lagi soal laut Natuna Utara yang bikin bangsa kita ribut dengan Cina.

Sementara itu pertumbuhan ekonomi mandeg. Dana cekak untuk membiayai proyek-proyek mercusuarnya. Juga kartu pra-kerja yang membuatnya menjual angin surga waktu kampanye pilpres lalu.

Bahkan alam seakan-akan tidak mendukung Jokowi. Banjir Jakarta cuma bikin publik ingat janji Jokowi bahwa masalah itu bakal beres kalau Jokowi sudah bekerja di istana negara. Calon ibu kota negara yang dia bangga-banggakan ikut-ikutan kebanjiran.

Bahkan para diehard Jokowi sudah banyak yang balik badan. Mereka yang dulu berdarah-darah mendukung Jokowi kini tidak henti-hentinya mengkritik. Misalnya dalam kasus Jiwasraya, OTT Wahyu Setiawan yang menyeret Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, hingga omnibus law. Semuanya dikuliti publik habis-habisan.

Pendek kata, niat baik Jokowi banyak yang tidak kesampaian. Ada saja masalah. Baik di perencanaan maupun di lapangan. Padahal Jokowi merasa bisa melihat jalan keluar, tetapi lagi-lagi jajarannya malah mengambil langkah menjauh.

Parade kegagalan ini bikin Jokowi kecewa, keki dan tidak happy. Akibatnya dia cuma bisa kaget dan marah-marah. Padahal kita sama-sama paham, kaget dan marah berkepanjangan tidak bagus untuk kesehatan. Bisa mengundang sakit jantung atau sakit psikologis: jantung atau stroke misalnya.

Coba telisik presiden-presiden Indonesia sepanjang era reformasi. Adakah yang memiliki catatan kaget dan marah sebanyak Presiden Jokowi?

Kasihan Jokowi bila terus dipaksa mengemban tugas yang tidak mampu diembannya. Lebih baik bangsa Indonesia jangan lagi memaksa Jokowi. Iklhaskan saja Jokowi untuk menyudahi kepemimpinannya. Kalaupun dipaksakan hanya kehancuran yang lebih banyak yang bakal didapat. Jokowi bisa benaran sakit. Pembangunan bangsa dan negara kita limbung.
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: