logo
×

Minggu, 08 Maret 2020

Dokter China Ungkap Fakta Mengejutkan Bahaya Virus Corona: Kombinasi SARS dan AIDS & Rusak Paru-paru

Dokter China Ungkap Fakta Mengejutkan Bahaya Virus Corona: Kombinasi SARS dan AIDS & Rusak Paru-paru

DEMOKRASI.CO.ID - Dokter dari China mengungkap fakta mengejutkan bahaya virus corona: kombinasi SARS dan AIDS hingga merusak paru-paru.

Virus corona kini menjadi wabah yang menggemparkan dunia saat ini.

Dilansir oleh worldmeter.info, hingga Minggu (8/3/2020), sudah ada 106.191 kasus penyebaran virus corona.
Sementara itu sudah 3.600 orang meninggal dunia dan 60.190 orang yang dinyatakan sembuh.

Karena banyaknya kasus penularan virus ini, banyak masyarakat di dunia yang panik.

Di tengah kepanikan tersebut, kini dokter dari China menemukan fakta mengejutkan tentang bahayanya virus corona ini.

Dikutip TribunewsWiki dari News.com.au, dokter dari China menemukan fakta bahwa virus corona merupakan penyakit mematikan.

Hal tersebut ditemukan setelah ia melakukan otopsi pada tubuh korban yang terkena virus corona ini.

Dokter tersebut mengatakan bahwa virus corona ini merupakan kombinasi dari SARS dan AIDS yang dapat menyebabkan kerusakan paru-paru.

Lebih parahnya, kerusakan tersebut juga tak akan berubah meskipun pasien sudah sembuh.

Temuan tersebut dilaporkan oleh juru bicara Partai Komunis Global Times pada Jumat (6/3/2020), setelah sebuah makalah oleh para dokter Wuhan yang diterbitkan dalam Journal of Forensic Medicine awal pekan beredar di media sosial Tiongkok.

"Pengaruh COVID-19 pada tubuh manusia seperti kombinasi SARS dan AIDS karena dapat merusak paru-paru dan sistem kekebalan tubuh," kata Peng Zhiyong, direktur unit perawatan intensif Rumah Sakit Zhongnan, Universitas Wuhan di Wuhan, kepada Global Times.

Peng berkomentar di atas kertas oleh Liu Liang, seorang spesialis forensik dari Fakultas Kedokteran Tongji di Universitas Sains dan Teknologi Huazhong, yang timnya telah melakukan sembilan otopsi pasien virus corona pada 24 Februari lalu.

“Hasil otopsi yang dibagikan Liu banyak menginspirasi saya. Berdasarkan hasil, saya pikir hal yang paling penting sekarang adalah mengambil langkah-langkah pada tahap awal penyakit untuk melindungi paru-paru pasien dari fibrosis yang tidak dapat disembuhkan,” ungkap Dr Peng kepada outlet.

Fibrosis paru adalah jaringan parut permanen pada jaringan paru-paru yang dapat membuat pasien secara kronis kehabisan napas.

Dalam koran tersebut digambarkan otopsi yang dilakukan pada seorang pria berusia 85 tahun.

Dikatakan ada kerusakan nyata pada paru-paru pasien virus corona.

Kelebihan produksi lendir keluar dari alveoli - kantung udara kecil di paru-paru yang menyerap oksigen - menunjukkan COVID-19 menyebabkan respons peradangan yang merusak saluran udara dalam dan alveoli paru.

Menurut Global Times, makalah itu mengatakan pasien menunjukkan perubahan patologis yang sama dengan yang disebabkan oleh SARS dan MERS.

Fibrosis untuk virus corona tidak seserius yang terlihat pada pasien SARS, tetapi reaksi eksudatif lebih jelas, mungkin karena perjalanan singkat penyakitnya.

Makalah itu tidak mengatakan bahwa semua pasien virus corona akan menderita fibrosis permanen.

Sebuah studi sebelumnya yang diterbitkan dalam The Lancet yang meneliti CT scan 81 pasien dengan COVID-19 di Wuhan menemukan gambar menunjukkan penampilan perubahan interstitial, menunjukkan perkembangan fibrosis.

“Namun, karena riwayat alami pneumonia COVID-19 belum sepenuhnya dieksplorasi, masih terlalu dini untuk menyebut perubahan paru-paru ini sebagai fibrosis yang tidak dapat diperbaiki,” tulis para peneliti.

Hal tersebut bermula saat sekelompok ilmuwan Cina memperingatkan bahwa virus telah bermutasi menjadi jenis yang lebih agresif.

Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan di National Science Review, para peneliti menyarankan bahwa setelah COVID-19 melintas menjadi manusia, strain asli berkembang menjadi tipe kedua dan keduanya sekarang beredar.
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: