DEMOKRASI.CO.ID - Kapolda Sulawesi Utara Brigjen Pol Merdisyam dinilai melakukan blunder ketika ia mengatakan ada 40 orang tenaga kerja asing (TKA) China yang datang dari Jakarta ke Bandara Haluoleo Kendari pada Minggu malam (15/3) di tengah mewabahnya virus corona (SARS-CoV-2).
Pada kenyataannya ada dua kesalahan informasi yang dilakukan oleh Merdisyam.
Pertama jumlah pekerja TKA China berjumlah 49 orang, bukan 40. Kedua adalah ternyata TKA China tersebut datang dari China, bukan Jakarta. TKA sempat transit dan diisolasi di Thailand.
Warganet di Twitter sontak saja menggaungkan tagar #CopotKapoldaSultra yang masuk jajaran trending topic di Indonesia. Tagar ini mulai masuk jajaran trending topic sejak delapan jam lalu. Hingga saat ini tagar tersebut telah memiliki 11 ribu cuitan.
Banyak warganet yang mempertanyakan transparansi pemerintah. Bahkan pemerintah terkesan menutupi informasi-informasi corona dari masyarakat.
Terkait 49 TKA Asal Cina yg msk di Sultra sangat mengecewakan rakyat & memunculkan beribu tanya. Terkesan ada sesuatu yg ditutupi oleh pihak tertentu dari penglihatan rakyat.— Mbah_Liem (@liem_id) March 16, 2020
Sebenarnya apa yg terjadi di 🇲🇨 ?!#CopotKapoldaSultra pic.twitter.com/Ivt50tmtGW
Sedih gw bacanya, pemerintahan sekarang kok kesannya tdk da koordinasi. Bisa ga Kapoldanya di lockdown aja?#CopotKapoldaSultra pic.twitter.com/UB982gugZp— Terima Jasa Pesugihan Instan (@wicaksono_ucup) March 16, 2020
Pantas jadi tranding topik #CopotKapoldaSultra karna WNA yg datang kemaren 15/3-2020 bukan WNA lama tapi WNA yg baru datang dari cina dan sempat transit di thailand, duh duh transparan ajalah https://t.co/P8PgZ6n8ct— Putri Gdn (@PutriGdn) March 16, 2020
Kami masyarakat SULTRA merasa telah dibohongi oleh bapak kapolda SULTRA atas pernyataan terkait TKA China yang baru datang.#copotkapoldasultra#berhentilaberbohong pic.twitter.com/LtQcBcT4f3— bayu BCB (@bayu_bcb) March 16, 2020
Seorang warganet bahkan menghubungkan blunder ini ke kasus SARA. Ia mengatakan pemerintah suka mengancam masyarakat pribumi dan lebih suka melindungi TKA China.
Ayo #CopotKapoldaSultra— Ranups Community (@RanupsProSandi) March 16, 2020
Suka ancam pribumi
Suka lindungi TKA CINA
Info begitu valid kok jadi hoax ditangan pejabat polda?
Kalian bertindak bukan lindungi warga nkri tapi lindungi para buruh TKA CINA!! https://t.co/uw8cI5ysTv
Atas blunder Merdisyam, warganet juga meminta permintaan maaf atas Merdisyam karena telah menyebarkan misinformasi. Warganet meminta agar UU ITE yang mengatur penyebaran misinformasi dan hoaks ditegakkan dan diterapkan bagi semua orang.
Seharusnya UU ITE berlaku untuk semua kalangan, di tunggu video permintaan maaf dari Kapolda Sulawesi Tenggara, atau tidak #CopotKapoldaSultra #UUITEuntuksemuadong pic.twitter.com/VMIEmWy5Db— Mus (@muslr1803) March 16, 2020
Informasi awal masuknya 49 TKA China berasal dari video yang dibuat oleh Hardiono, warga Konawe Selatan, Kendari. Video yang ia buat kemudian viral karena mewabahnya virus corona.
Mantan politikus Partai Demokrat, Roy Suryo meminta agar Hardiono dibebaskan. Sebab informasi yang ia sampaikan adalah fakta bukan hoaks.
Warganet kemudian menyampaikan rasa kecewa kepada Polri. Polri mengatakan telah membohongi masyarakat dengan menyebarkan hoaks terkait informasi 49 TKA dari China.
Mantan politikus Partai Demokrat, Roy Suryo meminta agar Hardiono dibebaskan. Sebab informasi yang ia sampaikan adalah fakta bukan hoaks.
Tweeps,— KRMT Roy Suryo (@KRMTRoySuryo2) March 16, 2020
Saran saya kpd Kapolri Jendral Idham Azis, mohon agar memerintahkan Kapolda SulTra BrigJen Merdisyam utk membebaskan Sdr Hardiono (39) warga Ds Onewila, Kec Ranomeeto, Kab KonSel, karena yg diVideonya adalah FAKTA, Bukan HoaX, hanya NARASI-nya perlu diuji@DivHumas_Polri https://t.co/ZU6dcrc5mH pic.twitter.com/OY3Z3kVTkZ
Warganet kemudian menyampaikan rasa kecewa kepada Polri. Polri mengatakan telah membohongi masyarakat dengan menyebarkan hoaks terkait informasi 49 TKA dari China.
Polisi tukang HOAX— negri seterah (@Restichayah) March 16, 2020
#CopotKapoldaSultra
Mabes Polri sangat perlu mempertimbangkan opsi #CopotKapoldaSultra. Fatal jika Penegak Hukum salah fakta, apalagi sampai berakibat tertangkapnya seseorang yang mungkin niatnya baik untuk keselamatan negara. Seharusnya diapresiasi, bukannya malah ditangkap.— Johan Khan (@CepJohan) March 16, 2020
Malah yg video yg ditangkap & disuruh klarifikasi palsu #CopotKapoldaSultra pic.twitter.com/wgOiimiOZN— Theo (@amrilzain) March 17, 2020