DEMOKRASI.CO.ID - Penyesalan selalu datangnya belakangan. Itulah yang dialami Aref Fedulla, warga negara Indonesia (WNI) yang bergabung dengan ISIS di Suriah.
Niatnya untuk memberjuangkan tegaknya negara Islam justru berakhir dengan penyesalan seumur hidup.
Aref Fedulla yang berjuang untuk ISIS justru dipenjara. Keluarganya pun hidup terlunta-lunta di kamp pengungsian eks ISIS.
Aref Fedulla memboyong semua keluarganya ke Suriah pada 2015 lalu, termasuk orang tua, istri dan anaknya.
Cita-cita putri Aref Fedulla, Nada Fedulla untuk menjadi dokter pun kandas.
Nada Fedulla diboyong ke Suriah dan harus meninggalkan sekolahnya pada 2015. Ia terpaksa mengubur mimpinya demi memenuhi ambisi sang ayah.
Aref Fedulla yang kini berada di penjara mengakui pergi ke Suriah bergabung dengan ISIS adalah kesalahan terbesar yang pernah ia buat.
“Ini adalah hal tergila dalam hidup saya. Saya membawa seluruh keluarga saya ke Suriah. Ini adalah kesalahan terbesar yang pernah saya lakukan,” ucap Aref Fedulla dalam video yang dikutip Pojoksatu.id dari Twitter BBC News Indonesia, Kamis (6/2/2020).
Selama di penjara, menurut Arief, dia tidak pernah didatangi pemerintah Indonesia.
“Tidak ada satu orang pun dari Indonesia yang mendatangi saya, dan berbicara pada saya, tidak ada seorang pun,” tambah Aref.
Sementara anak Arief Fedulla, Nada Fedulla menceritakan bagaimana pahitnya kehidupan di Suriah.
Kini, Nada Fedulla tak bisa pulang ke Indonesia. Ia terpaksa tinggal di kamp pengungsi bekas ISIS di Suriah.
Nada Fedulla mengatakan bahwa awalnya dia tidak menyadari jika ayahnya akan membawanya ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
“Sebelumnya saya tidak tahu ayah akan membawa kami ke sini,” jelasnya.
Ketika masih di Indonesia, lanjut Nada, dia sempat memiliki cita-cita untuk menjadi dokter.
“Saat masih bersekolah, saya bercita-cita menjadi dokter dan saya sangat senang belajar,” ujar Nada.
Setelah masuk dan hidup di lingkungan ISIS, Nada mengatakan dirinya kadang melihat kebrutalan tentara ISIS yang membantai orang di depan publik agar dapat dilihat oleh seluruh anggotanya.
“Ketika saya pergi berbelanja dengan keluarga, kadang-kadang saya melihat mereka membantai orang-orang,” papar Nada.
Nada mengakui dirinya sudah pernah melihat kesadisan dan kebrutalan yang dilakukan oleh anggota ISIS.
Ia lanjut bercerita bagaimana perasaannya terhadap ayahnya yang membawanya ke Suriah, sehingga kini dirinya harus merelakan cita-citanya menjadi dokter.
Nada mengakui dirinya sudah memaafkan ayahnya. Sebab, setiap manusia pasti pernah berbuat salah.
“Ya (memaafkan) karena dia juga manusia. Semua manusia melakukan kesalahan,” katanya.
Nada mengatakan bahwa sang ayah sudah meminta maaf kepadanya. Sang ayah sudah menyadari kesalahan yang dibuatnya.
“Dia sudah meminta maaf kepada saya tentang apa yang ia lakukan,” kata Nada menitikkan air mata.
“Dia sudah meminta maaf dan berusaha memperbaiki kesalahannya. Tapi dia tidak bisa melakukan apapun karena dia dipenjara,” tambahnya.
Nada mengungkapkan keinginannya untuk pulang ke tanah air dan memohon agar orang-orang dapat memaafkan kesalahan yang pernah ia buat.
“Saya sangat lelah di sini, jadi kami akan sangat berterima kasih jika ada orang yang (memaafkan kami),” tanda Nada.
[Video] Nada Fedulla, seorang WNI, dibawa ayahnya yang menjadi anggota ISIS ke Suriah. Nada terpaksa meninggalkan sekolahnya di Indonesia dan melupakan cita-citanya menjadi dokter. Kini dia tak bisa pulang. Bisakah Nada memaafkan ayahnya? pic.twitter.com/tD88loVePs— BBC News Indonesia (@BBCIndonesia) February 5, 2020