logo
×

Kamis, 20 Februari 2020

Turki Ancam Kerahkan Militer ke Suriah, Putin Warning Erdogan

Turki Ancam Kerahkan Militer ke Suriah, Putin Warning Erdogan

DEMOKRASI.CO.ID - Rusia memperingatkan Turki agar tidak melakukan intervensi di Suriah. Negeri Presiden Vladimir Putin itu menganggap Ankara memblokir upaya PBB untuk mengakhiri serangan brutal rezim Damaskus pada lokasi terakhir para pemberontak.

Pernyataan ini disampaikan Rusia di tengah pembicaraan damai yang sebelumnya dilakukan kedua negara. Suriah dan Turki sendiri berada di pihak yang berseberangan dalam perang di Barat Laut Suriah ini.

Di mana Rusia pro ke pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. Sedangkan Turki merupakan pihak yang kontra. Militer Rusia bahkan menilai Turki seharusnya tak membela "kelompok teroris" di Idlib.

"Jika kita berbicara tentang operasi terhadap otoritas sah Republik Suriah dan angkatan bersenjata republik Suriah, ini tentu saja akan menjadi skenario terburuk," kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov di Moskow sebagaimana dilansir AFP.

Pernyataan ini dikatakan sesaat setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pembicaraan dengan Moskow selama dua minggu terakhir soal damai Suriah, sejauh ini gagal mencapai hasil yang diinginkan.

Erdogan bahkan mengancam bahwa Turki akan melancarkan serangan ke Suriah, kecuali Damaskus di bawah rezim Assad menarik pasukannya kembali pada akhir bulan ini

"Sebuah operasi di Idlib sudah dekat ... Kami menghitung mundur, kami membuat peringatan terakhir kami," kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi lokal.

Dia menyerukan pasukan Suriah untuk mundur dari belakang pos-pos militer Turki di Idlib, yang didirikan berdasarkan kesepakatan dengan Rusia tahun 2018.

Menurut Turki kekerasan yang dilakukan tentara Assad dibantu dengan Rusia telah mencederai perjanjian damai kedua negara. Beberapa pekan terakhir tentara Suriah memang gencar melakukan serangan ke pemberontak untuk merebut sejumlah kawasan seperti Idlib dan Aleppo.

Sementara itu, pekerja kemanusiaan Suriah meminta gencatan senjata segera. Termasuk bantuan internasional untuk satu juta orang yang melarikan diri kekerasan yang terus terjadi.

"Kami memiliki ratusan dan ribuan orang yang melarikan diri, tidak hanya dari pengeboman tetapi dari isolasi, dari cuaca, kurangnya pemanasan. Rasanya seperti hari kiamat," ujar Razan Saffour, dari Asosiasi Medis Asing Suriah di Istanbul.

Kelompok itu mengatakan dibutuhkan setidaknya total US$ 336 juta untuk makanan pokok, air, dan tempat tinggal. Sumber daya pendidikan juga dibutuhkan untuk 280 juta anak usia sekolah yang mengungsi.

Konflik Suriah yang kini memasuki tahun kesembilan. Krisis yang terjadi sejak 2011 ini sudah menghancurkan kehidupan jutaan orang, termasuk masyarakat Suriah sendiri.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa sebanyak 900.000 warga Suriah harus mengungsi akibat terjadinya perang antara militer Suriah dengan kelompok pemberontak anti Assad sejak Desember 2019 lalu.

Angka tersebut 100.000 lebih dari yang dicatat PBB sebelumnya. PBB juga menjelaskan jika ada banyak bayi-bayi yang sekarat akibat kedinginan, serta kamp bantuan dan pengungsian yang sudah kepenuhan.

Selain itu, ada pula dampak buruk terhadap perekonomian negara tersebut. Program Pangan Dunia PBB mengatakan, sekitar 6,5 juta orang di Suriah tidak dapat memenuhi kebutuhan makanan mereka. [cb]
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: