DEMOKRASI.CO.ID - Kalau mau bohong jangan kebangetan, apalagi kasar.
Demikian disampaikan mantan anggota DPRD DKI Jakarta dua periode, Maman Firmansyah menanggapi rilis survei Indo Barometer soal penanganan banjir di ibukota.
Survei yang dilakukan di 34 provinsi tersebut menunjukkan bahwa Basuki Tjahaja Purnama Ahok paling sukses dalam menangani banjir DKI ketimbang Joko Widodo dan Anies Baswedan.
Maman Firmansyah mengaku heran, kenapa survei yang dilakukan kalangan intelektual dengan kaidah ilmiah, bisa ngawur seperti itu. Survei penanganan banjir DKI, tapi respondennya dari 34 provinsi.
"Ini jelas sekali ngawurnya. Dan terlihat sekali politik belah bambunya, satu diinjak satu diangkat," ujar pemerhati Jakarta ini kepada redaksi, Selasa (18/2).
"Masak banjir di Jakarta yang ditanya orang Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Kalimantan," lanjut Maman Firmansyah menambahkan.
Menurutnya, kalau mau fair, penaganan banjir termasuk penguraian kemacetan di era Anies Baswedan sudah cukup baik.
"Semua gubernur sudah bekerja, dari tahun ke tahun semakin membaik (penaganan banjir). Jadi tidak usah di peta konflik," sebut Maman Firmansyah.
Maman Firmansyah menambahkan, tidak bisa dinafikan survei Indo Barometer terkait dengan politik ke depan Pilpres 2024.
"Ada kekhawatiran pihak-pihak tertentu soal potensi Anies ke depan," ucapnya.
Survei adalah alat mereka untuk menjatuhkan Anies setelah beberapa cara yang dicoba gagal. Termasuk ingin "mengirim" politisi PDIP yang juga Walikota Surabaya, Tri Rismaharini ke Jakarta, tapi di Surabaya juga banjir hebat.
"Artinya, ada pihak-pihak tertentu yang ingin menjatuhkan Anies. Apalagi kata pengamat hari ini, tidak ada lawan Anies yang memiliki popularitas dan kapasitas sepadan," demikian Maman Firmansyah.
Pengamat politik dan pemerhati bangsa, Tony Rosyid sebelumnya menulis data banjir Jakarta pada periode Jokowi, Ahok, dan Anies.
Berdasarkan data dari BMKG, Bappenas, dan BPBD tahun 2013 (era Jokowi) curah hujan 100 mm/hari, luas wilayah terdampak 240 km2 di 599 RW. Pengungsi 90.913 di 2.250 tempat pengungsian. Tujuh hari baru surut.
Tahun 2015 (era Ahok) curah hujan 277 mm/hari. Luas area tergenang 281 km2 di 702 RW. Jumlah pengungsi 45.813 di 409 tempat pengungsian.
Tahun 2020 (era Anies) curah hujan 377 mm/hari. Luas area tergenang 156 km2 di 390 RW. Jumlah pengungsi 31.232 di 269 tempat pengungsian. Banjir surut setelah empat hari.