Oleh: Ratna Munjiah (Pemerhati Masyarakat)
Negeri dengan segudang masalah, itulah gambaran Indonesia saat ini. Negeri ini dihadapi oleh berbagai polemik yang polemik itu justru dihadirkan oleh para penguasa dan pemilik jabatan. Kepala Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi telah menjadi sorotan publik terkait pernyataannya soal agama adalah musuh terbesar Pancasila.
Yudian pun mengklarifikasi soal pernyataannya tersebut. Menurut Yudian penjelasannya yang dimaksud adalah bukan agama secara keseluruhan, tapi mereka yang mempertentangkan agama dengan Pancasila. Karena, menurutnya dari segi sumber dan tujuannya Pancasila itu religius dan agamis. Maka dengan demikian, menurut Yudian, Pancasila adalah penopang. Untuk mewujudkannya dibutuhkan kesetiaan atau bahasa lainnya sekuler, tapi bukan sekularisme. Kemudian membutuhkan ruang, waktu, pelaku, anggaran dam juga perencanaan. (https://www.voa-islam.com/read/politik-indonesia/2020/02/14/69799/merasa-pernyataannya-dikutip-tidak-utuh-yudian-berikan-penjelasan-agama-musuh-pancasila)
Mendapatkan polemik tersebut, Kepala staf Presiden Moeldoko membela pernyataan Kepala Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi yang menyebut agama merupakan musuh Pancasila. Moeldoko meyakini Yudian tak bermaksud menyudutkan bahwa agama memang menjadi musuh Pancasila. Moeldoko meminta semua pihak tak menyalahkan pernyataan Yudian. Ia meyakini Yudian menyampaikan pendapatnya dengan penuh pertimbangan dan pikiran yang jernih. "Beliau itu intelektual dan agamanya juga tinggi. Jadi mesti kita lihat dengan jernih, Jangan dijustifikasi," katamya. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200213181001-20-474401/istana-bela-kepala-bpip-yudian-soal-agama-musuh-pancasila?).
Terlepas apapun maksud dari pernyataan tersebut, sejatinya pernyataan tersebut sangat menyakiti hati ummat. Bagaimana mungkin mengatakan bahwa agama adalah musuh Pancasila, dan tentu tidak mengherankan jika pernyataan tersebut akhirnya menimbulkan berbagai polemik dari sebagian besar masyarakat.
Berbicara tentang agama di sini tentu yang disasar tak lain dan tak bukan adalah agama Islam. Muslim yang tak tersakiti dengan pernyataan tersebut, patut dipertanyakan keimanannya. Bukankah Pancasila merupakan produk buatan manusia, sehingga sesempurna apapun aturan yang dibuat sangat memungkinkan ditemukan kelemahan, karena manusia sesungguhnya makhluk lemah, yang memiliki segenap kekurangan dan keterbatasan.
Saat ini selain menganggap Islam sebagai musuh ideologi negara, rezim juga menyatakan bahwa para penceramah atau khatib jumat harus bersertifikat dengan standar tidak menimbulkan masalah kebangsaan. Sungguh pernyataan-pernyataan tersebut semakin menegaskan bahwa rezim sekuler akan selalu menempatkan Islam sebagai musuh apalagi saat dorongan umat menghendaki Islam dijadikan sebagai rujukan terhadap solusi atas masalah negeri ini.
Seharusnya setiap muslim menyadari bahwa Islam adalah solusi atas semua problematika kehidupan, karena Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT, Dialah Dzat Yang Maha Sempurna yang dengan kesempurnaannya maka Allah SWT memberikan aturan yang lengkap mencakup aturan kehidupan. Islam tidak akan pernah mengambil jalan kompromi untuk mengatasi setiap permasalahan yang terjadi. Islam menyelesaikan masalah tanpa masalah, bukan seperti sistem yang diterapkan saat ini sekulerisme yang pelaksanaannya penuh dengan kepentingan dan manfaat.
Sebagaimana firman Allah SWT :" Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan Aku pun telah ridha Islam menjadi agama bagi kalian." (QS. Al Maa'idah:3).
Allah SWT juga berfirman " Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam."(QS. Ali Imran: 19).
"Dan barang siapa yang mencari agama selain Islam maka tidak akan pernah diterima darinya dan di akhirat nanti dia akan termaksud orang-orang yang merugi." (QS. Ali 'Imran: 85).
Sehingga Allah SWT mewajibkan kepada seluruh umat manusia untuk beragama dalam hal ini adalah memeluk agama Islam. Allah SWT berfirman kepada Rasulullah SAW " Katakanlah: Wahai umat manusia, sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah bagi kalian semua, Dialah Dzat yang memiliki kekuasaan langit dan bumi, tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, Dia lah yang menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya seorang Nabi yang ummi (buta huruf) yang telah beriman kepada Allah serta kalimat-kalimat-Nya, dan ikutilah dia supaya kalian mendapatkan hidayah." (QS. Al A'raaf: 158).
Menyikapi ayat-ayat di atas, sudah menjadi kewajiban kita untuk beriman dan memuliakan Islam, bukan yang lain, apalagi memuliakan Pancasila yang merupakan produk buatan manusia. Bukankah sebagai seorang muslim kita di wajibkan untuk mendakwahkan Islam, bukan nya malah menghinakan Islam.
"Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat adil, ihsan dan memberikan nafkah kepada sanak kerabat. Dan Allah melarang semua bentuk perbuatan keji dan mungkar, serta tindakan melanggar batas. Allah mengingatkan kalian agar kalian mau mengambil pelajaran. "(QS. An Nahl: 90).
Untuk itu saudaraku, marilah kembali kepada Islam, kembali kepada ajaran yang diturunkan untuk ummat manusia, janganlah menjadi manusia yang melampaui batas. Yakinlah hanya dengan kembali kepada Syariah maka kehidupan akan berjalan penuh dengan ketenangan dan kebahagiaan. Wallahua'lam.