Oleh: Ummu Taqillah (Komunitas Setajam Pena)
Tanda-tanda Islamophobia kembali menjangkiti negeri ini. Ide dan narasi anti Islam digelontorkan lagi. Tak aneh memang selama negeri ini masih mengemban sistem ini. Sistem sekuler kapitalis yang memisahkan agama dari semua lini kehidupan.
Beberapa waktu lalu umat Islam dikejutkan dengan beredarnya kabar tentang pernyataan Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi yang menyebutkan bahwa agama adalah musuh Pancasila. Namun lagi, akhir-akhir ini Yudian juga kembali mengagetkan dengan kabar bahwa akan mengganti ucapan salam Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh dengan "salam pancasila". Meskipun pernyataan tersebut sudah diklarifikasi, namun justru dari kalrifikasi tersebut semakin memperlihatkan bahwa memang narasinya anti Islam.
Seperti diberitakan detiknews.com (22/02/2020) Yudian mengatakan bahwa hadits perintah salam tujuannya adalah adaptasi sosial. Yudian menganggap itupada jaman agraris, dan sekarang jaman digital maka harus mempermudah yaitu untuk public service cukup dengan kesepakatan nasional, misalnya Salam Pancasila. Yudian juga menambahi bahwa ngomong Shalom tidak ada unsur teologisnya. Itu kode nasional yang tidak masuk dalam akidah.
Pernyataan tersebut memperjelas bahwa rezim ini mengakui pluralisme, menganggap semua agama sama. Selain itu rezim juga mengidap Islamophobia. Mengaburkan pentingnya ucapan Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh dan bisa diganti dengan salam apapun serta harus mengikuti perkembangan jaman sehingga ucapan salam pun boleh berubah. Padahal mayoritas penduduk negeri ini ada muslim, yang mengamalkan ucapan salam karena itu adalah ajaran Islam yang Rasulullah saw. contohkan. Apalagi dalam setiap ucapan ada doa dan kebaikan, seperti sabda Nabi saw. dalam hadits,
"Pernah ada seseorang datang kepada Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dan dia mengucapkan: "Assalamualaikum", maka beliau menjawab salamnya, lalu duduk. Maka Nabi -shollallohu alaihi wasallam- mengatakan: "sepuluh (kebaikan)". Kemudian datang orang lain, dan dia mengucapkan: "Assalamualaikum warohmatulloh", maka beliau menjawab salamnya, lalu duduk. Maka beliau mengatakan: "dua puluh (kebaikan)". Kemudian datang orang lain lagi, dan dia mengucapkan: "Assalamualaikum warohmatulloh wabarokatuh", maka beliau menjawab salamnya, lalu duduk. Maka beliau mengatakan: "tiga puluh (kebaikan)".
[HR. Albaihaqi dalam Al-Adab: 214]
Sungguh setiap muslim mengucap salam adalah karena mengharap ridho Allah swt, mengharap kebaikan atas doa saudara muslim yang mengucap salam. Kenapa ucapan salam harus mengikuti jaman, padahal Islam hadir dari jaman Nabi saw. hingga hari kiamat kelak? Apalagi jika bukan keinginan untuk menjauhkan umat dari ajaran Islam. Menjadikan rakyat ini semakin takut dengan Islam atau menginginkan umat mengidap Islamophobia.
Rezim sekuler radikal akan selalu menganggap Islam sebagai ancaman dan mempertentangkan ketaatan muslim dengan loyalitas bernegara. Seolah ketika umat teguh dalam ajaran agama, kokoh dalam dakwah Islam kaffah adalah pelaku maksiat yang mencoreng nama baik negara. Padahal, mereka yang sering berkoar seperti itu yang justru pelaku kemaksiatan seperti korupsi dan lain-lain.
Dari kejadian ini, umat seharusnya menyadari bahwa ini adalah bagian dari upaya sistematis menjauhkan muslim dari keterikatan terhadap agama dan mengganti identitas Islam dengan identitas liberal. Menggaungkan moderasi Islam dan menyudutkan ajaran Islam Kaffah serta Khilafah. Wallohu a'lam bishowab.[]