DEMOKRASI.CO.ID - Dukungan terhadap pemerintah yang sedang berkuasa umumnya dilakukan secara digital, yaitu menggunakan platform media sosial sebagai arena pertarungan.
Dukungan itu, kata tokoh nasional DR. Rizal Ramli sebenarnya tidak riil, tapi buatan atau artifisial. Konsepnya, yang didukung akan diagung-agungkan bak dewa. Sementara lawan, baik yang mengkritik untuk perbaikan dihabisi dengan berbagai cara.
“Dukungan digital itu dilaksanakan oleh poling-poling bayaran, pedagang pembenaran, buzzers anonim pembajak demokrasi,” terangnya kepada redaksi, Rabu (19/2).
“Mari bung rebut kembali!” tegas Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu.
Atas alasan itu, Rizal Ramli mencita-citakan adanya para aktivis pembaharuan tanah air yang muncul. Mereka harus banyak belajar dari para pendiri bangsa yang memiliki karakter kuat dan tidak berubah di dalam maupun di luar kekuasaan.
Aktivis seperti itu, sambung mantan Menko Kemaritiman tersebut, tidak akan berubah menjadi penjilat sekalipun diberi kue kekuasaan.
“Tidak akan lupa dengan prinsip keadilan, demokrasi, dan keberpihakan pada rakyat,” pungkasnya.