logo
×

Selasa, 11 Februari 2020

Prediksi Virus Corona Sudah Masuk RI dan Data 'Suspek' Terbaru Kemenkes

Prediksi Virus Corona Sudah Masuk RI dan Data 'Suspek' Terbaru Kemenkes

DEMOKRASI.CO.ID - Sebuah riset di Harvard University memperkirakan seharusnya virus corona baru (2019-nCoV) sudah masuk Indonesia. Namun, faktanya data terbaru dari Kementerian Kesehatan menyebutkan hasil uji spesimen dari 62 suspect virus corona, 59 di antaranya dinyatakan negatif.

Sebagian penelitian menyebut alat yang dimiliki Indonesia belum bisa langsung mendeteksi novel coronavirus. Maka dari itu, ada kemungkinan virus corona baru yang mewabah di Wuhan sudah masuk Indonesia, namun tidak terdeteksi.

Menanggapi hal ini, dr Achmad Yurianto, Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menegaskan sejak akhir Januari lalu Indonesia sudah memiliki alat deteksi baru bernama Polymerase Chain Reaction (PCR) yang bisa langsung mendeteksi novel coronavirus.

"PCR yang baru yang juga digunakan oleh Singapore dan juga digunakan oleh Australia. Di mana di dalam sistem PCR ini kita hanya dihadapkan pada pilihan nCoV atau bukan, sehingga pemeriksaannya bisa lebih cepat, satu hari selesai, nggak tiga hari seperti kemarin," katanya saat ditemui di Gedung Adhyatma, Ruang Naranta Pers, Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Senin (10/1/2020).

Saat diminta komentar soal riset yang dilakukan Harvard University, dr Yuri menanyakan kebenaran dari studi tersebut. Menurutnya, novel coronavirus adalah kasus baru. Perlu kajian lebih lanjut untuk memberikan suatu kesimpulan.

"Saya malah tanda tanya. Ini virus baru kok sudah ada studi bagaimana ceritanya. Kita belum bisa membuat simpulan tentang satu kajian yang masih on going. Bagaimana bisa disimpulkan, kan terlalu sakti. Enggak perlu ada kajian kalau begitu. Tetapi bagi kita yang penting bagaimana masyarakat jangan sampai sakit," tegasnya.(dtk)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: