DEMOKRASI.CO.ID - Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta menetapkan seorang pembina pramuka dari SMPN 1 Turi Sleman, IYA, sebagai tersangka dalam musibah kecelakaan susur sungai di Sungai Sempor, Sleman, Jumat 21 Februari 2020. Musibah itu membuat sembilan siswa tewas, satu lainnya masih hilang dan puluhan siswa luka-luka.
“Kami sudah menaikkan status dari penyelidikan ke penyidikan untuk IYA. Yang bersangkutan sudah kami periksa sebagai tersangka,” ujar juru bicara Polda DIY Komisaris Besar Yuliyanto, Sabtu, 22 Februari 2020. IYA adalah pembina sekaligus guru olahraga di SMPN 1 Turi tersebut.
Pasal yang dikenakan terhadap IYA berlapis. Pertama pasal 359 karena kelalainnya menyebabkan orang lain meninggal dunia. Dan pasal 360 karena kelalainnya menyebabkan orang lain luka-luka. Atas pasal itu IYA terancam pidana kurungan maksimal lima tahun.
Meski sudah menaikkan statusnya sebagai tersangka, pihak kepolisian masih belum melakukan upaya penahanan kepada IYA. Yuli mengatakan untuk menahan atau tidak, masih menunggu pertimbangan penyidik.
Yuli tak menampik kemungkinan tersangka masih bisa bertambah. Sebab untuk kepolisian sudah memeriksa setidaknya 13 orang yang berasal dari tiga kelompok.
Kelompok pertama adalah tujuh orang pembina Pramuka dari pihak sekolah, kelompok kedua dari kwartir cabang kabupaten, dan kelompok ketiga dari warga sekitar.
Dari pemeriksaan pada kelompok pembina sekolah, kepolisian menemukan fakta jika dari tujuh pembina sekolah diketahui enam pembina ikut ke lokasi susur sungai dan satu pembina tinggal di sekolah menunggu barang barang siswa. Namun dari enam pembina yang mengantar 249 siswa yang ikut, diketahui satu pembina langsung pergi dari lokasi dengan alasan ada keperluan sedang satu lainnya pergi menuju titik finish susur sungai yang berjarak sekitar satu kilometer. Sehingga tersisa empat pembina saja yang ikut turun susur sungai sambil mengawasi ratusan siswa yang terlibat.
Adapun pemeriksaan pada kwartir cabang dilakukan kepolisian untuk mendalami bagaiamana aturan keamanan di kepramukaann berkaitan manajemen risiko kegiatan.
“Kami sebenarnya juga ingin memeriksa siswa namun karena masih trauma, kami akan proaktif mendatangi mereka.” Kepolisian juga sedang menyiapkan trauma healing untuk para siswa.
Sejumlah anak yang sempat mengikuti susur sungai mengaku saat hendak melakukan kegiatan itu warga sudah mewanti-wanti karena cuaca tak bersahabat dan dikhawatirkan banjir. Namun, kata mereka, seorang pembina diduga kuat IYA menjawab himbauan warga itu dengan tenang dan melanjutkan terus kegiatan. “(Kata pembina itu) Pramuka tidak takut panas dan hujan,” ujar seorang siswa menirukan jawaban pembina tersebut.[tc]