DEMOKRASI.CO.ID - Pemerintah Indonesia harus berhati-hati dalam hal pemulangan 600 kombatan ISIS ke tanah air.
Menurut Wakil Ketua Bidang Komunikas Politik DPD PDIP Sumut, Aswan Jaya, pemerintah perlu menggarisbawahi awal mula para kombatan bergabung dengan ISIS. Dilihat dari beberapa video yang memperlihatkan mereka membakar paspor, jelasnya, para kombatan masuk ISIS secara sadar bahkan diproklamirkan secara terbuka.
“Kalau dilihat gerakan awal mereka, maka saya tegaskan bahwa mereka bukan lagi WNI tapi warga negara ISIS. Maka tidak bisa diperlakukan sebagai warga negara Indonesia baik dari sisi kewarganegaraan maupun sisi sosial kemasyarakatan, bahkan menyebut mereka WNI adalah sebuah kesalahan," ujarnya dilansir Kantor Berita RMOLSumut, Kamis (6/2).
Dasar bergabungnya mereka juga dimulai dengan kesadaran bahwa sistem politik dan pemerintahan di Indonesia adalah sistem sesat atau toghut. Kesadaran aawal ini lah yang menurutnya merupakan kesadaran aktif hingga membuat mereka menjadi tentara aktif bersama pasukan ISIS untuk membuat kekacauan di Timur Tengah.
“Jadi jelas bahwa kewarganegaraan mereka hilang dengan sendirinya, sesuai dengan UUD 45 Pasal 23 huruf d dan f," ungkap Direktur Aswaja Institut ini.
Selain itu, wacana membawa masuk 600 warga ISIS tersebut sangat melukai perasaan masyarakat. Sebab saat ini pemerintah dan banyak elemen masyarakat sedang berkonsentrasi melalukan berbagai program dan kegiatan menghadang gerakan radikalisme.
“Wacana ini kontraproduktif dengan keinginan masyarakat Indonesia dan pemerintah harus tegas untuk menolak mereka masuk ke Indonesia," jelasnya.
Selain itu, tidak ada jaminan mereka telah menyadari kekeliruan. Sebab menurutnya, warga ISIS dipastikan telah terdoktrin oleh ideologi-ideologi ISIS yang mencita-citakan sebuah negara baru yang bertentangan dengan Pancasila, NKRI serta kebhinnekaan bangsa Indonesia.
“Tidak ada jaminan bahwa mereka menyadari kekeliruannya, mereka ingin kembali hanya karena ISIS mengalami banyak kekalahan perang saat ini di Syiria maupun Irak," lanjut lulusan S3 Doktor dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara ini.
Di sisi lain, ia curiga 600 Warga ISIS tersebut ingin mencari medan peperangan baru dan sasarannya adalah Indonesia. Hal itulah yang mendasari mereka ingin masuk ke negeri ini dengan dibantu oleh agen-agen ISIS yang berada di Indonesia.
“Mari kembali kita fokus melawan gerakan radikalisme yang tengah mengancam keutuhan bangsa. Tutup semua peluang meluasnya paham dan gerakan radikalisme tersebut untuk Indonesia maju," tutupnya.