Oleh: M Rizal Fadillah
Agar ada kerja dari ketidakjelasan program BPIP maka Presiden mengarahkan pembinaan pada kaum “milenial”. Ya bagus bagus saja sih meskipun para pelanggar Pancasila yakni penghianat bangsa, antek asing, atau koruptor itu justru banyaknya adalah kaum “kolonial” yang berwajah dan berkarakter penjajah anak negeri.
Ketua BPIP yang baru Yudian Wahyudi kusut menerjemahkan Pancasila di ruang agama sampai sampai harus digebuk di program ILC nya Karni Ilyas segala.
Presiden dalam arahannya meminta agar sosialisasi Pancasila di kalangan milenial menggunakan platform media sosial seperti Youtube, Blog, ataupun TikTok. Yudian nampak bersemangat merespon arahan Presiden tersebut.
Persoalan TikTok mengemuka dan menjadi kontroversi publik sebagai platform media. Nyanyi dan goyang goyang yang kadang sensual seperti ini dipertanyakan kelayakannya dalam konteks beragama dan berpancasila.
TikTok adalah platform media sosial yang berasal dari China. Bagai virus corona cepat sekali menyebar ke berbagai belahan dunia. Awalnya diluncurkan oleh perusahaan China ByteDance berupa video pendek berdurasi 15 detik yang bernama Douyin. Misi TikTok adalah merekam dan menampilkan kreativitas secara bebas dan mendorong pengguna untuk membagikan video tersebut. Lazim bermusik dengan tari tarian.
Mengingat semata pada kreativitas bernilai hiburan, bahkan bisa tak terkendali, maka Kominfo pernah memblokir aplikasi TikTok ini. Dianggap tidak mendidik khususnya bagi anak anak.
Kini Pancasila dicoba ditandem TikTok. Ada paradigma yang berbeda satu dengan lainnya. TikTok adalah hiburan, entertainment, hedonis dan pragmatis. Sedangkan Pancasila itu adalah ideologis, sarat nilai, dan fundamental. Tak terbayangkan menjelaskan dan mensinergikan sila Ketuhananan Yang Maha Esa dengan goyang pinggul dan “menyon-menyon” wajah.
Agama sebagai esensi dari sila pertama Pancasila justru berfungsi untuk mewaspadai dan mengubah perilaku hedonis dan pragmatis tersebut.
Jika Pancasila telah diobral dan dimurah murah maka “the founding fathers” akan menangisi kondisi ini. Betapa berat dahulu berjuang untuk mencapai konsensus merumuskan formulasi sebagai ideologi negara. Pancasila itu memang tak boleh terlalu disakralkan akan tetapi juga jangan sampai tak bermakna hingga bisa dibawa ke dunia hiburan ecek ecek.
Pancasila tok tok wow atau Pancasila TikTok. (*)