DEMOKRASI.CO.ID - Ribuan masyarakat berjubel di area Patung Arjuna Wiwaha atau yang akrab dikenal Patung Kuda, Jakarta Pusat, Jumat (21/2). Mereka datang untuk menggelar Aksi 212 dengan tajuk “Berantas Megakorupsi, Selamatkan NKRI”.
Aksi yang semula akan difokuskan di depan Istana Negara beralih di Patung Kuda, tepatnya di jalan Medan Merdeka Barat. Mobil komando di terletak di depan Kementerian Pariwisata.
Berdasarkan pantauan Kantor Berita Politik RMOL, akses jalan menuju lokasi sudah ditutup dari kendaraan bermotor, termasuk busway.
Dalam sebuah orasi, sang orator tidak hanya menyinggung mengenai kasus korupsi yang terjadi di tanah air, mereka turut menyinggung pernyataan dari Yudian Wahyudi yang seolah mempertentangkan agama dan Pancasila.
Mereka juga menyinggung tentang usulan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang akan mengenakan cukai bermacam produk, seperti knalpot dan minuman berpemanis. Bagi sang orator usulan menteri berpredikat terbaik tersebut dianggap lucu.
“36 kasus didiamkan. Sekarang pakai seragam Pancasila ngoceh agama musuh Pancasila. Bikin gaduh. Jadi sebetulnya ini untuk mengalihkan perhatian,” ujar orator tersebut.
“Yang lebih lucu lagi kemarin Ibu Sri Mulyani di DPR mengusulkan kendaraan knalpotnya dipajakin,” sambungnya.
Dalam aksi ini, Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, Yusuf Muhammad Martak sempat mengajak para korban PT Asuransi Jiwasraya untuk bergabung. Termasuk mereka yang jadi korban skandal megakorupsi lain.
Yusuf Martak mengurai bahwa aksi yang digawangi FPI, GNPF-Ulama, PA 212 dan ormas-ormas Islam lain ini merupakan bukti bahwa para tokoh umat menaruh perhatian serius pada isu-isu yang langsung menyangkut kehidupan rakyat.
"Pada skandal megakorupsi PT Asabri, misalnya, korbannya adalah anggota Polri/TNI baik yang masih aktif maupun sudah purnawirawan. Sebagian besar adalah rakyat kecil. Korupsi menjadi kejahatan luar biasa yang harus kita tumpas dengan upaya yang juga luar biasa," sambungnya.
Sementara itu, Ketua FPI Ahmad Sobri Lubis memastikan bahwa Aksi 212 akan dihadiri oleh peserta lintas agama. Ini lantaran korban skandal megakorupsi adalah lintas agama.
"Korban megakorupsi adalah rakyat Indonesia dengan berbagai agama," kata Ustaz Sobri Lubis.(Rmol.id)