DEMOKRASI.CO.ID - Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh meminta media tidak berhenti melakukan kritik sosial untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara. Namun, Nuh berharap kritik disampaikan secara santun dan berdasarkan data serta fakta.
"Media harus terus-menerus melakukan kritik-kritik sosial, tetapi sampaikan semuanya berbasis data, dan semuanya disampaikan dalam bahasa yang santun, dan penuh kemartabatan," ujar M Nuh saat memberikan sambutan di acara Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) bersama Presiden Joko Widodo di Halaman Kantor Gubernur Kalimantan Selatan, Banjarbaru, Kalsel, Jumat (8/2/2020).
Nuh mengibaratkan dengan cerita tentang Nabi Musa yang biasa mengkritik Firaun. Betapun buruk sikap Firaun yang menyamakan dirinya dengan Tuhan, kata Nuh, Musa tetap memberikan kritik secara santun.
"Mudah-mudahan dunia pers senantiasa mampu memberikan dan berkontribusi untuk memajukan bangsa dan negara," imbuh Nuh.
Pada kesempatan tersebut, Nuh juga menekankan pentingnya pers membangun kesinambungan dalam bekerja, dan menghadapi tantangan yang akan datang.
Pertama, kata dia, sambungan silaturahim baik antara sesama insan pers maupun antara insan pers dengan presiden, dan berbagai stakeholder atau pemangku kepentingan.
"Yang harus kita perkuat bukan silahturahim semata di antara para wartawan, insan pers, tetapi juga dengan Bapak Presiden dan para pemangku kepentingan," tutur Nuh.
Kedua, sambungan antara masa lalu, masa kini dan masa depan. Dalam konteks itu, kata Nuh, pers sekarang menghadap persoalan karena masa depan terus berubah.
"Kalau kita tidak mampu menyambungkan antara masa lalu, masa kini dan masa depan, pada akhirnya pers itu akan ditinggalkan para pencintanya. Karena itu, pada kesempatan ini, salah satu topik pembahasan, bagaimana ceritanya, bagaimana cara menyiapkan suatu konsep media sustanability di era digital," ungkap Nuh.
Ketiga, menyambungkan Kalimantan Selatan dengan Ibu Kota Negara baru di Kalimantan Timur. Menurut dia, kehadiran pers di Kalsel untuk mendorong masyarakat Indonesia tahu bahwa Kalsel adalah pintu gerbang Ibu Kota Negara baru.
"Sebelum masuk ke Ibu Kota Negara, pastilah melewati Kalsel. Karena itu, pak gubernur tidak usah khawatir, karena semua pasti melalui pintu gerbang. Justru itu adalah tempat kemuliaan yang lebih tinggi dari yang lain-lain," tandasnya.(*)