DEMOKRASI.CO.ID - Dewan Masjid Indonesia (DMI), Yayasan Waqaf Assalam, dan Liga Muslim Dunia bakal menentukan lokasi Museum Rasulullah di Indonesia. Penentuan itu, setelah dilakukan rapat koordinasi, 18-20 Februari 2020 mendatang.
Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), Syafruddin menjelaskan pembangunan ini diprakarsai panitia yang terdiri dari tiga unsur utama, yakni Yayasan Waqaf Assalam, Liga Muslim Dunia, dan DMI sebagai representasi dari Indonesia.
Ketua Panitia Pembangunan Museum Rasulullah ini menambahkan, tim dari kepanitiaan akan hadir di Indonesia pada 18 Februari melakukan peninjauan lokasi.
“Akan diputuskan setelah ditinjau lokasinya di mana,” kata Syafruddin, Selasa (11/2).
Ada empat pilihan lokasi mesuem tersebut, pertama di kawasan Cimanggis, Depok, di Kompleks Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) yang tengah dalam proses pembangunan.
Kedua, bebernya, menjadi alternatif adalah di Al Markaz Al Islami, Makassar. Sedangkan yang ketiga, di kawasan Cisauk, Kabupaten Tangerang. Lalu pilihan keempat adalah di Jakarta, Ancol.
Penentuan itu belum dilakukan, sehingga Syafruddin memgoreksi keterangan Sekjen DMI yang sebelumnya menyebut adanya pemindahan lokasi pembangunan Museum Rasulullah dari Cimanggis ke Ancol.
Dalam penentuan lokasi itu, kata mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi ini, tim akan mempertimbangkan sejumlah aspek.
Menurut Syafruddin, aspek aspek itu meliputi estetika, wisata, transportasi hingga studi lingkungan. Luas tanah yang disiapkan mencapai 6 hektare.
“Karena ini museum Rasulullah, ini kan destinasi wisata religi berbasis Islam apalagi membawa simbol Rasulullah SAW, tentu mempertimbangkan semua aspek. Estetika, ketepatan apakah ini menjadi sebuah wisata proses seperti apa, kan nanti orang berlimpah datang. Lalu aspek aspek kemacetan, jangkauan kemudian lingkungan juga dipertimbangkan,” kata eks Wakapolri itu.
Namun, penentuan lokasi itu nantinya tidak akan berpengaruh terhadap konsep museum yang akan dibangun. Menurut Syafruddin, konsep museum akan mengikuti paten yang disepakati oleh Yayasan Assalam.
“Konsepnya sudah ada. Yang penting itu luas tanahnya 6 hektare dan semuanya sudah siap itu. Tetap sama tidak ada perubahan (konsep),” ujar dia menegaskan.
Rencananya, groundbreaking museum ini dimulai pada 26 Februari 2020 itu akan dilakukan langsung oleh Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia Muhammad bin Abdul Karim Issa yang akan hadir di Indonesia.
Syafruddin menambahkan, museum Rasulullah ini telah ada di Makkah dan Madinah. Setelah itu, terdapat 25 negara, termasuk Indonesia yang mendapatkan kepercayaan untuk membangun museum tersebut. (fjr)