DEMOKRASI.CO.ID - Masih tahun 2020 dan periode kedua pemerintahan Joko Widodo masih berusia 100an hari, tetapi sepertinya masyarakat Indonesia, setidaknya pemerhati politik, sudah tidak sabar menunggu kontestasi berikutnya: Pilpres 2024.
Pembicaraan mengenai berbagai skenario yang mungkin terjadi dalam Pilpres 2024 sudah mulai ramai dibicarakan belakangan ini. Dibicarakan berbagai kalangan. Kalangan oposisi, maupun kalangan penguasa.
Kalangan oposisi, misalnya, sedang mencari-cari sosok yang akan mereka usung dan perjuangkan dalam pilpres mendatang. Tidak sedikit dari mereka yang kehilangan kepercayaan pada sosok Prabowo Subianto yang kini menjadi Menteri Pertahanan dalam pemerintahan Jokowi.
Kalangan yang berkuasa sedang ramai membicarakan komposisi yang mungkin dan menguntungkan. Apakah komposisi itu melibatkan partai-partai utama? Atau apakah komposisi itu merupakan kombinasi antara tokoh parpol dengan profesional pro penguasa?
Banyak nama yang beredar.
Di antara semua itu, nama-nama dari kalangan anak penguasa pun menarik untuk ditelisik. Peluang mereka terbuka. Modal politik sudah punya.
Setidaknya ada empat anak mantan presiden dan presiden yang dinilai memiliki peluang untuk masuk bursa Pilpres 2024.
Mereka adalah: Zannuba Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid, anak dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid yang berkuasa antara 1999 hingga 2001.
Lalu, Puan Maharani Kiemas, anak bungsu mantan Presiden Megawati Soekarnoputri.
Selanjutnya, Agus Harimurty Yudhoyono (AHY), putra dari mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Terakhir, Gibran Rakabuming Raka, anak dari Presiden Joko Widodo.
Peluang yang masing-masing mereka miliki cukup unik.
Yenny Wahid adalah simbol dari generasi muda Gusdurian. Pesonanya tidak pernah pudar. Dia sempat dijagokan di bursa calon menteri yang lalu. Ada pandangan yang menilai ia pantas menjadi menteri sosial, menteri pendidikan, bahkan menteri agama.
Tetapi, untuk sementara Yenny harus puas menjadi Komisaris Garuda Indonesia.
Puan kelihatannya memiliki modal politik yang lebih besar dibandingkan tiga nama lain. Ia pernah menjadi Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Lalu kini sebagai Ketua DPR RI. Wanita pertama yang menduduki kursi itu.
Modal terbesar Puan sudah barang tentu adalah PDIP. Dia putri mahkota. Harapan terbesar orangtuanya untuk melanjutkan tahta kuasa.
Adapun AHY tidak tertandingi di Partai Demokrat yang didirikan ayahnya.
Dia pernah bertarung dalam Pilgub DKI Jakarta 2017. Kalah. Namun terlatih. Dalam perhelatan Pemilu 2019, AHY berdiri di garis terdepan memimpin pasukan pemenangan dan hasilnya Demokrat mendapatkan 7 persen suara pemilih.
AHY tidak hanya menjadi harapan keluarga. Tetapi juga harapan lapisan muda di partai itu. Mereka solid menginginkan AHY memimpin Demokrat juga memimpin Indonesia. Bagi mereka, hanya AHY yang bisa diandalkan.
Sementara Gibran sedang berusaha mengukur keberuntungan di arena Pilkada 2020.
Sebagai putra dari presiden yag didukung PDIP, entah Gibran yang membayangi Puan, atau Puan dibayang-bayangi Gibran.
Kantor Berita Politik RMOL menggelar poling 24 jam yang menjaring pendapat netizen mengenai siapa di antara empat anak penguasa itu yang paling berpeluang ikut bertarung di bursa Capres 2024.
Sebanyak 4.890 akun Twitter ikut dalam poling yang menggunakan hashtag #TwitPol24Jam. Sampai laporan ini diturunkan, sudah lebih dari seribu akun yang memberikan komentar.
Bagaimana hasilnya?
AHY berada di posisi terdepan dengan 69,9 persen dukungan. Dia melenggang sendiri, tak ada yang membayangi di belakangnnya.
Saingan terdekat adalah Gibran Jokowi yang mengantongi 13,6 persen dan dibayang-bayangi oleh Puan Maharani (11,6 persen).
Adapun Yenny Wahid harus puas di nomor buntut, dengan 4,9 persen.
#TwitPol24Jam ini tidak dikerjakan dengan menggunakan metode poling yang terukur dan dapat diandalkan. Satu-satunya tujuan dari poling ini adalah untuk menjaring pandangan netizen di dunia maya, khususnya yang menggunakan aplikais Twitter. (rm)